Bangkok (ANTARA News) - Menjadi pemain tunggal terakhir dalam sususun tim Piala Thomas Indonesia, peran Firman Abdul Kholik tidak melulu sebagai pelengkap untuk kejuaraan bulu tangkis beregu putra tersebut, namun bisa juga menjadi penentu.

Dan pada babak penyisihan grup Piala Thomas di Bangkok, Thailand, yang dimulai sejak 20 Mei lalu, Firman berhasil menunaikan misinya sebagai tunggal ketiga dalam tim Indonesia.

Tiga kali dipercaya oleh tim pelatih Indonesia untuk tampil pada babak penyisihan, pemain berusia 20 tahun itu beruntun mencatat tiga kali kemenangan.

Pada pertanidngan pertama Firman tidak menemui kesulitan untuk mengalahkan pemain Kanada Paul Antooine Dostie Gunidon 21-8, 21-11.

Di pertandingan yang kedua yang lebih berat melawan pemain tuan rumah Thailand Pannawit Thongnuam, Firman juga berhasil mengatasinya meski suporter lawan lebih banyak.

Kemudian pada pertandingan terakhir melawan Korea Selatan, Firman menjadi penentu kemenangan Indonesia 3-2. Bermain ketat dalam tiga gim, Firman dapat menang 20-22, 21-15, 21-12 atas ha Young Woong.

Kemenangan itu membuat Indonesia menjadi juara grup sehingga pada perempat final akan dapat bertemu lawan yang relatif lebih ringan.

"Saya senang dapat memberi angka penting untuk membuat langkah tim kita jadi lebih mudah," kata pemain kidal tersebut.

"Karena kedudukan beregu 2-2, saya jadi termotivasi untuk menang dan fokus pada pertandingan," tambahnya.

Di tunggal putra, peringkat pemain kelahiran 11 Agustus 1997 itu masih di bawah sejumlah pemain Indonesia lainnya.

Dalam daftar terbaru yang dirilis BWF, Firman berada di urutan ke-92. Di atasnya masih ada sejumlah pemain tunggal putra Indonesia seperti Anthoni Ginting, Jonatan Christie dan Ihsan Maulana Mustofa yang menjadi tiga tungggal utama di Piala Thomas 2018. Selain itu masih ada Tommy Suegiarto, Sony Dwi Kuncoro.

Pemain penentu

Namun Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Susy Susanti dan jajaran pelatih bulu tangkis Indonesia lainnya memberi kepercayaan bagi Firman untuk berangkat ke Bangkok, untuk mendapat pengalaman pertama di ajang Piala Thomas.

Tampil dalam kejuaraan beregu bukan yang pertama bagi Firman. Pada sejumlah kejuaraan penting, Firman kerap mendapat kepercayaan untuk masuk dalam skuat Merah-Putih dalam kejuaraan-kejuaraan penting. Di antaranya pada ajang SEA Games dan Piala Sudirman.

Tahun ini, pemain asal klub Mutiara Cardinal Bandung itu juga tampil gemilang sebagai tunggal ketiga pada kejuaraan beregu Asia di Alor Setar, Malaysia, Februari lalu.

Di babak semifinal, Firman menjadi penentu kemenangan atas Korea Selatan 3-2, melalui penampilan heroik untuk menaklukkan pemain Korea Selatan Lee Dong-keun.

Pada partai final melawan China, Firman jadi tunggal ketiga lagi. Namun ia tidak sempat tampil karena tim Indonesia ketika itu sudah menang 3-1.

Firman sendiri ketika ditemui wartawan saat pertandingan Piala Thomas di Bangkok menyatakan tidak masalah dirinya  menjadi pemain pelapis yang tidak selalu dimainkan.

"Saya ingin enjoy aja, apakah sedang jadi penentu atau tidak, saya tetap fokus untuk bisa menang," kata Firman seusai pertandingan melawan Kanada Minggu lalu.

Menurut Firman, pada pertandingan beregu jika pemain terakhir menjadi penentu, maka lawan pun kemungkinan akan merasa jadi beban. Jadi ketenangan dan kekuatan mental sangat penting.

Mengenai ambisinya setelah Piala Thomas, Firman mengungkapkan bahwa ia pun ingin suatu saat menjadi pemain nomor satu dunia.

"Inginnya sih jadi nomor satu dunia, tapi ya bertahap saja, saya harus banyak belajar dari yang senior," kata pemain yang mulai bergabung dalam pelatnas sejak 2013 itu.

Ketenangan dan kekuatan mental seperti yang dimiliki Firman tentunya akan sangat menentukan bagi langkah tim putra Indonesia yang menargetkan meraih juara Piala Thomas tahun ini. 

Pertandingan perempat final Piala Thomas 2018 yang akan dimulai Kamis (24/5), menjadi ujian berat bagi tim Indonesia, termasuk bagi Firman Abdul Kholik yang mungkin kembali mendapat kepercayaan sebagai tunggal terakhir.

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018