Seoul (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia ((RI) dan Korea Selatan (Korsel) sepakat untuk meningkatkan nilai perdagangan antar-kedua negara menjadi dua kali lipat pada 2012. Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan bilateral di antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Korsel, Roh Moo-hyun, yang dilakukan di Istana Kepresidenan Cheong Wa Dae, Seoul, ibukota Korsel, Selasa. Selain itu, kedua negara menyepakati pula upaya peningkatan nilai investasi kedua negara, terutama investasi pengusaha Korsel di Indonesia, antara lain di bidang infrastruktur dan energi. Juru Bicara Kepresiden RI, Dino Patti Djalal, menjelaskan bahwa total nilai perdagangan Indonesia-Korsel tahun 2006 senilai 10,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS), sedangkan untuk periode Januari - Maret 2007 senilai 2,42 miliar dolar AS, atau mengalami kenaikan 13,21 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai 2,13 miliar dolar AS. "Pernyataan bersama yang ditandatangani usai pertemuan tadi mengapresiasi dan terus mendorong gugus tugas bersama dengan target-target baru antara lain melipatgandakan nilai perdagangan dan investasi pada 2012," katanya. Selain itu, ia mengemukakan, kedua negara juga sepakat untuk menggandakan arus turis dalam lima tahun mendatang, terutama kunjungan turis Korsel ke Indonesia. Di bidang investasi, kedua negara menyepakati untuk mendorong dan membuka kesempatan bagi para pengusaha Korsel untuk berinvestasi di Indonesia terutama di bidang infrastruktur dan eksplorasi serta eksploitasi sumber-sumber energi di Indonesia terutama minyak dan gas cair. Korsel merupakan merupakan investor ke-8 terbesar untuk Indonesia, dengan nilai persetujuan investasi dari tahun 1967 sampai Juni 2007 sebesar 12,37 miliar dolar AS yang mencakup 2.940 proyek. Berdasarkan data Korsel, Indonesia merupakan tujuan investasi ke-4 terpenting bagi Korea setelah Cina, AS, dan Vietnam, dengan nilai investasi 6 miliar dolar AS dalam sepuluh tahun terakhir. Total realisasi PMA Korsel selama periode 1990 - Juni 2007 sebesar 3,96 miliar dolar AS yang mencakup 923 proyek. Di bidang pertahanan juga disepakati kerjasama untuk melakukan produksi bersama persenjataan, kerjasama di bidang riset dan pengembangan, serta latihan militer bersama. "Kedua negara sepakat untuk melakukan pembahasannya dalam pertemuan kerjasama pertahanan dan logistik yang akan dilakukan di Seoul, Agustus mendatang," katanya. Selain itu, juga disepakati peningkatan kerjasama di bidang anti korupsi dengan penerapan e-goverment, tenaga kerja, kerjasama di bidang informasi teknologi dan kehutanan, pertanian serta perikanan. Usai pertemuan bilateral itu, Presiden RI dan Presiden Korsel menyaksikan penandatanganan kesepakatan bersama (joint statement) kedua negara yang diwakili oleh Menlu Korsel Song Min Soon dengan Menlu RI Hassan Wirajuda. Juga ditandatangani "memorandum of understanding" untuk Proyek Pembangunan Lingkungan Hidup antara Korea Forest Service dan Deplu yang diwakili oleh Menteri Pertanian dan Kehutanan Korea Park Hong Soo dan Menlu Hassan Wirajuda. Dijelaskan Dino, dalam pertemuan itu kedua kepala negara memandang kerjasama di berbagai bidang telah meningkat sangat pesat setelah ditandatanganinya kerjasama strategis antar kedua negara pada 4 Desember 2006. Presiden Yudhoyono juga menyampaikan rasa terimakasih atas upaya Pemerintah Korsel dalam peningkatan pelayanan terhadap TKI yang bekerja di negara tersebut. Sementara Presiden Roh menyambut baik program Pemerintah RI dalam memberantas korupsi dan keberhasilan Presiden Yudhoyono dalam menangani konflik internal seperti di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Presiden Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan di Korsel sejak, Senin (23/7) dan akan kembali ke Tanah Air Kamis (27/7). Pada Rabu (25/7), Presiden akan mengikuti forum energi Indonesia - Korea, yang antara lain akan menandatangani sejumlah kerjasama senilai 8,5 miliar dolar AS. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007