Manado (ANTARA News) - Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 771 rute Manado- Jakarta, Rabu sekitar pukul 06.00 Wita, mendapatkan ancaman bom melalui telepon yang disampaikan lewat salah seorang calon penumpangnya. Kabid Humas Polda Sulut, AKBP Beny Bella, dalam jumpa pers di Manado mengatakan ancaman bom tersebut diterima Rian Kurniawan salah seorang calon penumpang pesawat tersebut. "Bunyi telepon tersebut menyebutkan 'Mas Rian di dalam pesawat ada bom'," kata Bela, sambil menambahkan, suara penelpon mirip suara laki-laki dewasa. Setelah mendapatkan ancaman itu, Rian mematikan HP tersebut dan kemudian di dalam pesawat menceritakan kejadian itu kepada Rignolda, penumpang yang duduk di sampingnya. Atas saran Ringnolda, Rian melaporkan kepada pramugrari Ain Siti Nuraini, kemudian dilanjutkan ke Pilot Eko Pryantono, dan terus dilaporkan ke Poltabes Manado. Mendapat laporan tersebut, Poltabes bersama Densus 88 dan Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Polda Sulut berkoordinasi dan melakukan penyelidikan. Seluruh penumpang dan barang di dalam pesawat tersebut diturunkan untuk dilakukan pemeriksaan. Setelah sekitar 2,5 jam dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan bom, dan pesawat yang mengangkut sekitar 209 penumpang itu pada pukul 09.45 Wita bisa terbang menuju tujuan, kata Bela didampingi Kasat Reskrim Poltabes Manado Kompol, Ribut Wibowo. Menurut Bella, kepolisian masih melakukan pengembangan penyelidikan terhadap kasus itu. Saksi Rian membatalkan keberangkatannya ke Jakarta dan saat ini sedang dimintai keterangan. Dicurigai penelpon gelap itu adalah temannya Rian karena mengenal saksi dengan memanggil namanya "Mas Ryan". Rian Kurniawan adalah seorang warga asal Desa Kredenan Kecamatan krucuk, Klaten Jawa Tengah, dan berada di Madidir, Kota Bitung, Sulawesi utara sejak 15 Mei 2007 dengan maksud untuk mencari pekerjaan di Bandara.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007