Chicago (ANTARA News) - Minuman ringan soda diet memang punya kadar kalori yang rendah, tapi menurut hasil penelitian baru-baru ini, zat itu juga memicu risiko penyakit jantung, sama seperti jenis soda-soda lainnya. Para peneliti di Amerika Serikat, selama empat tahun, memantau dan menguji kesehatan lebih dari 6.000 orang dewasa. Peneliti mendapati bahwa mereka yang mengkonsumsi satu atau lebih minuman ringan tiap harinya, punya risiko lebih besar untuk terkena sindrom metabolik dibandingkan dengan mereka yang minum lebih sedikit soda. Sindrom metabolik adalah semacam tandan atau kluster berbagai faktor resiko pemicu penyakit jantung dan diabetes, seperti tekanan darah tinggi, timbunan lemak berlebih di sekitar pinggang, dan kolesterol "baik" yang jumlahnya sedikit. Temuan yang mengejutkan para peneliti itu menunjukkan bahwa ternyata para peminum soda diet punya resiko yang sama besar dengan penimun soda bergula biasa. "Kami tertegun saat dihadapkan dengan fakta bahwa jenis soda tidak berpengaruh terhadap resiko terserang penyakit jantung," kata Profesor Ramachandran Vasan, peneliti Universitas Boston. Pernyataan itu disampaikan Vasan dalam hasil laporannya yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah "Circulation". Pada akhir masa empat tahun penelitian, peneliti mendapati mereka yang mengkonsumsi minuman ringan punya 31 persen resiko lebih besar mengalami obesitas, 30 persen kenaikan berat badan, dan 32 persen penurunan HDL atau yang lebih sering dikenal kolesterol "baik". Peneliti juga mencatat para penenggak minuman soda punya 25 persen resiko kenaikan trigliserida atau glukosa darah. Dalam penelitian itu, para responden diminta untuk mencatat di lembar kuesioner yang mendata jenis soda yang mereka konsumsi, apakah soda diet atau reguler. Temuan dari penelitian ini mengejutkan para ahli, karena ternyata perbedaan jenis soda tidak berpengaruh terhadap dampak kesehatan. Orang dewasa yang meminum satu atau lebih soda per hari punya 50-60 persen peluang menderita sindrom metabolik - tak peduli soda yang jenis diet atau reguler. Para peneliti tidak dapat menjelaskan mengapa soda diet bisa meningkatkan resiko seseorang terkena sindrom metabolik. "Mungkin karena citarasa minuman ringan yang bisa membuat orang lebih ingin makan makanan yang manis dan berkalori tinggi," kata Ravi Dhingra, ketua tim penulis penelitian. Sementara itu beberapa penelitian sebelumnya juga mendapati bahwa muatan karamel dalam minuman ringan dapat memicu pembuatan gula kompleks, yang kemudian berakibat pada munculnya penyakit diabetes. "Ini semua masih teori dan para ahli masih memperdebatkannya," kata Dhingra, "Penelitian kami adalah penelitian yang sifatnya pengamatan jadi hanya bisa menunjukkan hubungan, bukan membuktikan sebab-musabab."(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007