Jakarta (ANTARA News) - PT BCA Tbk mencatat pertumbuhan penyaluran total kredit pada semester I/2007 mencapai Rp63,9 triliun atau naik 20,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp52,9 triliun. "Kredit pada semester I tidak bisa digeneralisir untuk sepanjang tahun. Permintaan kredit pada kuartal pertama karena faktor musim, di samping karena banjir. Tapi kami tetap optimis, dengan tren penurunan suku bunga dan aktivitas ekonomi yang membaik, target kami pada akhir tahun Rp71 triliun akan dapat tercapai. Pada dua kuartal ke depan, permintaan KPR dan KKB (kredit kendaraan bermotor) diperkirakan tetap tinggi, apalagi menjelang Lebaran," kata Dirut PT BCA, DE Setijoso di Jakarta, Rabu. Secara presentase, BCA mencatat kredit konsumer tumbuh year on year 33,5 persen menjadi Rp11,1 triliun, yang terutama didorong oleh kenaikan kredit kepemilikan rumah (KPR) sebesar 70,4 persen menjadi Rp6,4 triliun. "Jika pada 17 Agustus nanti permintaan masih tinggi, kemungkinan program KPR inovatif akan kami teruskan," kata Wadirut BCA, Jahja Setiaatmaja. Sedangkan kredit korporasi tumbuh 22,4 persen year on year menjadi Rp24,9 triliun akibat meningkatnya permintaan kredit dari sektor infrastruktur, sumber daya alam, telekomunikasi, dan produk kebutuhan konsumen. Dan kredit komersial dan UKM naik 15,7 persen menjadi Rp28,1 triliun sehingga porsi kredit komersial dan UKM dalam struktur pembiayaan BCA menjadi 43,9 persen, kredit konsumer 17,3 persen dan kredit korporasi 38,8 persen. Yahya menjelaskan, hingga saat ini pihaknya mencatat pinjaman tak tersalurkan (undisbursed loan) sebesar sekitar Rp24 triliun, namun mereka tetap akan mempertahankan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan mereka, terutama untuk kredit korporasi dan kredit investasi sehingga wajar jika rasio pinjaman atas dana dihimpun (LDR) BCA hanya pada 40,1 persen. Selain kenaikan laba, BCA juga mencatat kenaikan laba bersih sebesar 6,6 persen dari Rp2.043 triliun menjadi Rp2,177 triliun pada semester I/2007. Kenaikan itu didorong oleh stabilnya pendapatan bunga bersih (NII) dari Rp4,677 triliun menjadi Rp4,724 triliun atau naik tipis 1,0 persen dan kenaikan pendapatan berdasarkan jasa (fee based income) dari Rp791 miliar menjadi Rp926 miliar atau naik 17,1 persen. "Pendapatan bunga bersih memang naik tipis, terpengaruh oleh penurunan BI rate mengingat `earning asset` kami didominasi oleh obligasi negara dan pinjaman," kata Setijoso. Namun, tambah Setijoso, pihaknya telah menutupi tipisnya marjin pendapatan itu dengan menurunkan suku bunga pinjaman dan memperbaiki komposisi "earning asset". Ditanya tentang penurunan rasio kecukupan modal (CAR) dari 23,8 persen menjadi 22,0 persen pada semester I/2007, Setijoso mengungkapkan hal itu disebabkan oleh bertambahnya dana pihak ketiga (DPK), terutama pada triwulan I dan meningkatnya penyaluran kredit. DPK yang dihimpun bank tersebut pada semester I/2007 mencapai Rp159,7 triliun atau naik 18,4 persen, dengan porsi terbesar (71,2 persen) merupakan tabungan dan giro.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007