Palu (ANTARA News) - Korban meninggal dunia akibat banjir bandang yang disertai tanah longsor di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), sampai Kamis siang, mencapai 72 orang. Bupati Morowali, Drs Datlin Tamalagi, yang dihubungi ANTARA News per telepon dari Palu mengatakan bahwa korban meninggal dunia tercatat 72 orang dengan adanya ketambahan korban yang berhasil dievakuasi sejak hari Rabu (25/7) sampai Kamis siang. "Korban meninggal dunia umumnya warga asal desa Ueruru dan Boba di kecamatan Bungku Utara," katanya. Jumlah korban jiwa yang disampaikan Tamalagi berbeda dengan yang dilaporkan Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Morowali, Ny Rosmaniel Songko SE. Ia mengatakan, angka 72 orang tersebut sudah termasuk korban yang dinyatakan hilang. Ia merinci, korban meninggal dunia sebanyak 26 orang asal desa Ueruru dan telah dikebumikan massal di Baturube, ibukota Kecamatan Bungku Utara. Sementara korban yang dinyatakan hilang sebanyak 46 orang, 34 orang di Ueruru dan 12 orang di Boba (tetangga desa Ueruru). "Jika ditotal, jumlahnya memang 72 orang," ujarnya. Menurut Tamalagi, Bakornas Penanggulangan Bencana dan Pengungsi telah menyiapkan empat unit helikopter yang akan dikerahkan mengevakuasi korban dan mendistribusikan bantuan. Keempat pesawat tersebut, saat ini disiagakan di Soroako, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Nantinya base operasi pesawat heli tersebut di Toili, Kabupaten Banggai, Sulteng. "Memang rencana semula base heli di Soroako. Tapi karena perjalanan udara Soroako dan Kolonodale cukup jauh serta melintasi beberapa gunung dan cuaca yang kurang mendukung, maka dipindahkan ke Toili (tetangga Bungku Utara)," katanya. Selain itu, lanjut dia, TNI Angkatan Laut mengerahkan dua kapal perang (KRI/Kapal Republik Indonesia) ke wilayah Morowali dengan membawa bantuan bahan makanan dan obat-obatan. "Satu KRI akan tiba sore ini dan satu lagi besok (Jumat). Kedua KRI ini akan dimanfaatkan mengevakuasi korban dan mendistribusikan logistik," ujarnya. Pemkab Morowali telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membangun jembatan-jembatan darurat guna menggangtikan jembatan yang terbawa arus banjir di wilayah perbatasan Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai. "Mobilisasi bantuan melalui jalur darat Banggai-Morowali lebih efektif jika isolasi yang menghubungkan kedua wilayah tersebut dapat dibuka kembali," kata Tamalagi. Songko menamabahkan, sebanyak 710 orang korban banjir di wilayah Bungku Utara telah dievakuasi ke posko di desa Baturube dan 50 orang korban asal kecamatan Soyo Jaya dievakuasi ke posko Kolonodale. Korban yang dievakuasi umumnya anak-anak dan perempuan. Selain itu, katanya, sebanyak 20 korban luka serius asal desa Ueruru yang sebelumnya dievakuasi ke Baturube, telah diberangkatkan ke Kolonodale menumpang KM Gunung Tokala guna mendapat perawatan lanjut di RsUD setempat. Ny. Songko belum mengetahui nasib korban banjir di wilayah kecamatan Mamosalato dan Soyo Jaya, karena komunikasi dengan petugas lapangan terputus. Bupati Tamalagi menambahkan, posko banjir Morowali telah dibuka di tiga lokasi, yakni Bandara Mutiara Palu, Kolonodale, dan Baturube. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007