Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah bersama komponen masyarakat diminta meningkatkan program penyuluhan untuk menurunkan jumlah penderita tuberkulosis (TB) di Indonesia, kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr EJ Manuhutu, MS, SpP(K). "Masih banyaknya anak dan penduduk khsusnya di lingkungan kumuh yang menderita TB karena mereka tidak mengetahui cara pencegahan dan memeriksakan ke Puskesmas dengan diberikan obat secara gratis," katanya seusai memberikan Pidato Purnabakti Guru Besar FKUI di Jakarta, Kamis. Menurut dia, jajaran pemerintah tingkat desa/kecamatan bersama aparat Puskesmas dibantu komponen masyarakat PKK dan kaum pemuda, dapat memberikan penyuluhan tentang kebersihan ruangan rumah, jendela, saluran air dan pembuangan sampah yang sehat, sehingga dapat dicegah penularan kuman TB. "Tempat pembiakan kuman (bakteri) TB di daerah lembab, udara kotor dan saluran air kotor akan mudah menular melalui udara dan air liur kepada mereka yang daya tahan tubuh rendah dan gizi kurang," katanya. EJ Manuhutu mengatakan, masih banyaknya penderita TB saat ini juga diakibatkan penderita TB yang baru meminum obat selama sebulan merasa sembuh, memutuskan menghentikan minum obat, yang akhirnya justru menjadikan kuman TB resiten dan penyakit kambuh lagi. Dia mengusulkan, agar anggota keluarga pasien TB bersedia menjadi pengawas minum obat (PMO) selama enam bulan, sehingga pasien benar-benar sembuh dari kemungkinan penularan kuman TB. EJ Manuhutu yang telah mengabdi sekitar 37 tahun di FKUI itu berhasil menemukan sistem "Trias Manuhutu" untuk evaluasi pengobatan TB Paru pasca primer. Manuhutu yang lahir di Denpasar, 9 Maret 1942 setelah pensiun dari FKUI dan hingga kini masih terus memimpin TK dan SD Paulus di Pondok Kopi, Jakarta Timur serta menjadi pengajar di di Universitas Pelita Harapan Karawaci Tangerang, Banten. Data Depkes menyebutkan, jumlah penderita TB di Indonesia diperkiarkan menurun yakni sekitar 112 per 100 ribu penduduk karena sejak 2002, karena Indonesia melaksanakan strategi DOTS, yakni pasien harus meminum obat anti TB selama enam bulan terus menerus dengan pengawasan keluarga. Selain itu, Depkes sejak 2002 berhasil menemukan dan menyembuhkan rata-rata 85 persen dari penderita TB. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di Indonesia terdapat 583.000 penderita TBC dengan usia 15-55 tahun, sekitar 140.000 orang diantaranya meninggal dunia. Setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 112 penderita TB atau Indonesia menduduk urutan ke-3 jumlah penderita TBC terbesar setelah India dan China. Wakil Dekan I FKUI Prof Dr Siti Aisyiah Budihardja mewakili Dekan FKUI juga mengukuhkan Prof Dr A Harryanto Reksodiputro, SpPD-KHOM memasuki masa purnabakti di FKUI yang menyampaikan pidato ilmiahnya "Bersama Membangun Divisi Hematologi Onkologi Medik FKUI dari Mikroskop Tua hingga Stem Cell".(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007