Denpasar (ANTARA News) - Polisi Bali membantah keras adanya unjukrasa dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora, terkait kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri (PM) Australia, John Howard, ke Denpasar, Jumat. "Tidak, kami tidak memonitor tentang adanya aksi tersebut, terlebih dimaksudkan untuk menyambut kedatangan Presiden Yudhoyono dan PM Australia John Howard ke Denpasar," kata Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol AS Reniban, di Denpasar sore harinya. Selain masalah unjuk rasa, Reniban juga membantah kalau pihaknya telah mengamankan seorang mahasiswa asal Papua yang berniat melancarkan aksi pengibaran bendera Bintang Kejora. "Itu semua isu yang menyesatkan, yang ingin menjelek-jelekkan Bali di mata internasional, sehubungan dengan kehadiran tamu penting asal Negeri Kanguru di Denpasar," ucapnya. Namun demikian, Kabid Humas mengakui kalau pihaknya sempat mengerahkan petugas dalam jumlah yang cukup besar dalam pengamanan kedatangan Presiden Yudhoyono dan PM Howard ke ibukota Propinsi Bali. Tidak hanya itu, Kantor Konsulat Jenderal Australia dan sejumlah kantor perwakilan asing lainnya di daerah Renon-Denpasar pun tidak luput dari upaya penjagaan yang cukup ketat. "Hal tersebut kami lakukan untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya hal-hal tidak diinginkan. Namun beruntung, semuanya berjalan aman dan lancar," ucapnya. Presiden Yudhoyono dan PM Howard hadir di Denpasar untuk meresmikan beroperasinya Pusat Mata Australia-Bali Memorial Eye Center (ABMEC). Di kawasan tempat dilakukannya upacara peresmian di Jalan Angsoka Denpasar, tampak dilakukan penjagaan oleh petugas Shabara dan regu penembak jitu. Upacara peresmian gedung dan peralatan medis bantuan pemerintah Australia itu berlangsung aman, tertib dan lancar. Lewat bantuan tersebut, Gubernur Bali Drs Dewa Beratha mengharapkan dapat dimanfaatkan sebagai upaya peningkatan taraf kesehatan masyarakat, khususnya penyakit mata. Berdasarkan data WHO, lebih dari 55.000 warga Indonesia di Bali menderita kebutaan dengan dua per tiganya menderita katarak. Kebanyakan dari mereka adalah warga miskin yang tidak mampu membiayai pengobatan untuk mengembalikan penglihatannya. Dengan keberadaan ABMEC ini, diharapkan pengobatan katarak di Bali lebih meningkat dari 3000 pasien per tahun menjadi 6000 per tahun pada 2010. PM Howard mengatakan bantuan yang diberikan pemerintah Australia merupakan bagian dari paket bantuan yang diberikan pemerintah Australia untuk membangun sejumlah fasilitas bagi masyarakat Pulau Dewata setelah serangan bom pada 12 Oktober 2002 di Bali. Fasilitas bantuan Australia tersebut berupa pelayanan perawatan mata Australia-Bali Memorial Eye Centre yang pengelolaannya merupakan bagian dari kegiatan Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Indra yang bernaung di bawah Pemerintah Propinsi Bali. Kehadiran ABMEC di Denpasar tersebut menempati gedung berarsitektur tradisional Bali yang dibangun di atas tanah milik Pemprop Bali seluas 2.470 meter persegi (24,7 are). (*)

Copyright © ANTARA 2007