Jakarta (ANTARA News) - Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia (BI) Miranda Goeltom mengingatkan agar sistem pembayaran dikelola dengan baik karena jika sistem itu terganggu akan mempengaruhi transmisi likuiditas dan perekonomian. "Sistem pembayaran diibaratkan sebagai aliran darah yang menggerakkan dan melancarkan organ-organ sampai dengan pusat, seperti jantung dan otak," katanya dalam diskusi kebanksentralan di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, kelancaran sistem pembayaran baik melalui transaksi tunai dan non-tunai merupakan faktor penentu keberhasilan terciptanya stabilitas keuangan dan efektifitas kebijakan monoter. "Kalau itu macet, maka macetlah perekonomian kita," katanya. Ia mengharapkan agar bank maupun non-bank memiliki manajemen risiko yang handal dalam mengelola sistem pembayaran. Menurut dia, sistem pembayaran saat ini yang makin berkembang seiring perkembangan teknologi harus diikuti dengan kemampuan lembaga keuangan untuk memiliki recovery disaster planning (rencana pemulihan gangguan). Hal ini karena penggunaan teknologi yang semakin terhubung, seperti mobile banking dan ATM, memiliki beberapa kelemahan. Dia mencontohkan terjadinya kasus macetnya ATM BCA beberapa waktu yang lalu, telah mengakibatkan gangguan terhadap likuiditas dalam sistem pembayaran. "Bila ini terjadi berulang kali maka mengakibatkan perekonomian terhambat, dan lebih lagi akan membuat repotasi sistem pembayaran memburuk," katanya. Saat ini transaksi keuangan meningkat sangat cepat. Pada Januari 2002, ungkapnya, nilai dan volume transaksi melalui RTGS (Real Tme Gross Setlement) bulanan mencapai Rp123 triliun dengan transaksi mencapai 121 ribu kali, dan pada Mei 2007 naik tiga kali lipat menjadi Rp3.627 trilun dengan volume 719 ribu kali. Sedangkan jumlah ATM dan kartu kredit yang terbitkan hingga Mei 2007 mencapai 29,1 juta kartu.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007