Jakarta (ANTARA News) - Konsorsium Neptune mempertanyakan sikap sekelompok petani plasma yang menolak secara sepihak pembahasan Perjanjian Kerja Sama (PKS) pengelolaan usaha tambak udang PT Aruna Wijaya Sakti (dulu bernama PT Dipasena Citra Darmaja) di provinsi Lampung. Vice President CP Primamotor, penggerak konsorsium Neptune, Saleh Hasyim, di Jakarta, Selasa, mengungkapkan bahwa pembahasan awal PKS PT Aruna Wijaya Sakti pada 19 Juli lalu tidak membuahkan kesepakatan, karena sekelompok tertentu plasma menolak kehadiran Neptune untuk menjelaskan program kemitraan. "Mereka menolak kehadiran kami dengan cara berteriak di ruang rapat tidak mau mendengar pemaparan Neptune. Bahkan ada yang menyebarkan teror melalui layanan pesanan singkat (SMS)," ujarnya. Dia mengungkapkan hal itu menanggapi keterangan jurubicara plasma, Thowilun, yang menyebutkan perundingan kemitraan inti-plasma Dipasena pada 19 Juli 2007 gagal, karena Neptune menolak pembahasan PKS 2006, sementara plasma menolak membahas PKS yang diajukan Neptune. "PKS Neptune bila dipaksakan berdampak timbulnya konflik horizontal seperti masa lalu," ujar Thowilun, yang menjabat Ketua Lembaga Manajemen Plasma Kampung (LMPK), perwakilan delapan Badan Perwakilan Kampung, dan Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) Dipasena, dalam siaran persnya. Akibat kegagalan perundingan ini, plasma mengirim surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan No. 02/SB/D/VIII/2007 untuk mencarikan pemecahannya. Menurut Saleh, meski plasma berkirim surat kepada siapa pun, kalau sikap mereka arogan, maka tidak akan mendapat simpati, apalagi memecahkan masalah. Di lain pihak, katanya, Neptune melihat animo mayoritas petambak plasma tidak sejalan dengan kelompok plasma tadi. "Tetapi dikarenakan mereka hanya petambak plasma yang fokus kepada budidaya, mereka hanya menjadi mayoritas yang diam," jelasnya. Saleh meminta kegagalan pembahasan PKS harus dilihat secara benar. "Jangan kesampingkan adanya kelompok yang berindikasi kuat untuk menggagalkan revitalisasi dengan mengatasnamakan kelompok mayoritas plasma," tambahnya. Sebagai perusahaan inti yang baru masuk ke Aruna Wijaya, katanya, Neptune telah memposisikan diri sebagai penyedia seluruh kebutuhan petambak plasma. "Infrastruktur, benur, tambak, kincir cold storage, tempat tinggal yang layak dan staf-staf yang dibutuhkan pada saat panen udang, semua ditanggung oleh perusahaan inti." Selain itu, semua kerugian yang terjadi jika gagal panen akibat berbagai faktor, maka perusahaan inti bersedia menanggung seluruh risiko atau kerugian bisnis. "Jadi niat baik kami adalah memodali para petambak plasma dan merevitalisasi Aruna Wijaya Sakti agar segera berproduksi dan menghasilkan keuntungan bersama," tegasnya. Sementara itu, Presdir Recapital Advisorskreditor lama Dipasena, Rosan Roeslani, menilai konsorium Neptune sangat serius membenahi industri dan tambak udang Aruna Wijaya, termasuk bekerjasama dengan plasma. Sebagai bukti dari keseriusan Neptune, menurut dia, pada 20 Juli lalu konsorsium itu telah melakukan pembayaran kepada Recapital Advisory untuk pengembalian 100 persen modal atas Dipasena. "Konsorsium Neptune memiliki itikad baik dengan membayar semua investasi atas Dipasena kepada kami. Pembayaran tersebut lebih cepat dari yang kami perkirakan. Sungguh ini merupakan gambaran dari keseriusan mereka masuk Dipasena," tuturnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007