Jakarta (ANTARA News) - Pepatah dalam bahasa Inggris ada yang menyatakan "history repeats itself" (sejarah selalu berulang), namun apakah itu juga berlaku pada olahraga sepak bola, khususnya dalam ajang Piala Dunia?

Sebagaimana umumnya yang dilakukan banyak orang terkait penyelenggaraan Piala Dunia, seperti yang digelar tahun 2018 ini di Rusia, banyak pula yang menebak-nebak tim mana yang akan menjadi pemenang dari 32 tim yang berlaga?

Contohnya, artikel di laman resmi New York Times yang diterbitkan pada 28 Juni 2018, menyebutkan berbagai alasan mengapa Inggris atau Belgia yang akan menjadi juara pada perhelatan Piala Dunia ke-21 yang digelar oleh organisasi FIFA ini.

Matthew Futterman, wartawan senior rubrik olahraga di surat kabar tersebut, menuliskan bahwa alasan Inggris berpotensi memenangkan Piala Dunia adalah karena tim Tiga Singa itu memiliki kemampuan "set pieces" terbaik, pemainnya bergantung kepada pemain muda yang solid, serta faktor Harry Kane (striker yang telah mencetak hingga 41 gol dari 48 penampilannya bersama klub Tottenham Hotspurs pada musim lalu).

Sedangkan Belgia juga dinilai memiliki kans yang besar untuk memenangkan Piala Dunia kali ini adalah karena tim ini dikenal sebagai generasi emas dari Tim Belgia, karena diisi oleh komposisi para pemain berkualitas tinggi seperti Eben Hazard, Kevin De Bruyne, dan Romelu Lukaku.

Sementara itu, laman resmi media Guardian pada artikel bertanggal 13 Juni 2018 bertanya kepada beberapa jurnalisnya mengenai tim mana yang akan memenangkan Piala Dunia 2018 Rusia. Kebanyakan jawabannya adalah berharap bahwa pertandingan final akan menghadirkan tim Brasil dan Jerman.

Berbagai prediksi tersebut membuktikan bahwa prediksi hanyalah prediksi, yang kadang bisa tepat atau salah sama sekali. Terbukti, karena diketahui bahwa tim Jerman, yang merupakan juara bertahan atau peraih Piala Dunia 2014, ternyata di Rusia kali ini hanya bisa mencapai fase grup awal.

Namun, media Telegraph dalam laman resminya awal Juni 2018 menuliskan artikel bertajuk "How to Predict a World Cup Winner?" (Bagaimana Menebak Juara Piala Dunia?).

Harian asal Inggris Raya itu menuliskan beberapa hal yang dinilai signifikan sebagai prediktor, seperti bentuk bertanding, pengalaman, usia, manajer, peringkat dunia, hingga kualitas dari para pemain klub.

Misalnya berdasarkan tim yang menjadi petahana atau menjadi juara bertahan dari Piala Dunia empat tahun, ternyata diketahui bahwa banyak dari tim tersebut yang ternyata tidak bersinar pada Piala Dunia selanjutnya.

Seperti Prancis (juara Piala Dunia 1998), Italia (juara Piala Dunia 2006), dan Spanyol (juara Piala Dunia 2010), yang keseluruhannya ternyata tidak lolos dari fase grup pada penyelenggaraan Piala Dunia berikutnya setelah mereka berhasil menjadi juara.

Demikian pula yang terjadi pada Jerman, yang merupakan juara Piala Dunia 2014, tetapi pada tahun ini ternyata tidak lolos dari grup F (setelah kalah menyakitkan 2-0 pada pertandingan terakhir grup melawan Korea Selatan, dua tim yang lolos dari grup F adalah Swedia dan Meksiko).

Peringkat Kedua

Bila berdasarkan statistik peringkat FIFA sebelum penyelenggaraan setiap Piala Dunia, maka ditemukan bahwa negara yang memiliki ranking ke-2 dalam daftar FIFA adalah yang memiliki kans besar untuk memenangkan Piala Dunia.

Contohnya, Brasil yang memenangkan Piala Dunia 2002, Spanyol juara Piala Dunia 2010, dan Jerman ketika merebut Piala Dunia 2014, semuanya ditempatkan pada urutan kedua dalam peringkat FIFA pada saat sebelum dimulainya setiap Piala Dunia saat mereka menjadi juaranya.

Bagaimana dengan Piala Dunia 2018 saat ini? Ternyata yang menempati peringkat kedua FIFA sebelum turnamen berlangsung adalah Brasil.

Dengan demikian, apakah Brasil juga bakal meraih kejayaan pada partai pemuncak di Rusia kali ini? Tampaknya hanya waktu yang akan menjawabnya.

Prediktor lainnya yang dinilai efektif untuk digunakan adalah umur rata-rata dari pemain yang dibawa ke Piala Dunia. Telegraph menemukan bahwa sejak tahun 1974, rata-rata usia dari tim yang memenangkan Piala Dunia adalah antara 25-28 tahun, atau tepatnya 26,4 tahun sejak Piala Dunia 1950.

Juara Piala Dunia dengan rata-rata usia tim tertua diraih oleh Italia pada tahun 2006, yang rata-rata pemain nasionalnya pada tahun tersebut berusia 28,2 taun. Bahkan Italia ketika itu juga membawa kiper veteran Angelo Peruzzi yang saat itu berusia 36 tahun!

Disimpulkan bahwa tim yang berpotensi besar untuk memenangkan Piala Dunia bukanlah mereka yang didominasi pemain muda seperti pemain U-21 atau berusia di awal 20 tahunan, tetapi adalah tim yang sarat pemain berusia puncak dengan pengalaman yang matang.

Aturan tidak tertulis tersebut juga selaras dengan statistik perbandingan antara tim yang juara Piala Dunia dengan rata-rata berapa "caps" (jumlah pertandingan yang dilalui seorang pemain dalam timnasnya) yang dimiliki oleh sebuah tim.

Ditemukan bahwa sejak tahun 1998, tim yang menjadi juara Piala Dunia selalu merupakan tim dengan "caps" yang jumlahnya lebih tinggi dari juara tahun sebelumnya, seperti Prancis pada 1998 yang memiliki rata-rata di atas 20 caps.

Kemudian, Brasil yang juara pada 2002 memiliki rata-rata di atas 25 caps, Italia yang juara pada 2006 rata-rata di atas 30 caps, Spanyol yang juara 2010 rata-rata di atas 35 caps, dan Jerman pada 2014 rata-rata di atas 40 caps.

Untuk itu, bila diselaraskan dengan kondisi dari beragam tim unggulan di Piala Dunia 2018, ditemukan bahwa tim seperti Jerman dan Spanyol telah banyak kehilangan pemain berpengalaman banyak di timnas, sedangkan timnas yang dinilai memiliki banyak pemain dengan jumlah "caps" yang tinggi antara lain adalah Brasil, Argentina, Prancis, Belgia, Portugal, Uruguay, Kolombia, dan Kroasia.

Pengalaman pelatih

Salah satu unsur yang dinilai tidak terlalu berpengaruh sebagai prediktor signifikan untuk menerka tim yang berpeluang besar meraih Piala Dunia antara lain adalah pengalaman pelatih dari timnas tersebut.

Hal tersebut karena ada juara yang ternyata dipimpin oleh pelatih yang baru memimpin timnas selama 1-2 tahun sebelum meraih Piala Dunia, seperti Luis Felipe Scolari (Brasil pada 2002), Marcelo Lippi (Italia 2006), dan Vicente del Bosque (Spanyol 2010).

Di lain pihak, ada juga juara Piala Dunia dengan pelatih yang telah memegang jabatan di timnas selama lima tahun atau lebih, seperti Enzo Bearzot (Italia 1982), Franz Beckenbauer (Jerman 1990), Aime Jacquet (Prancis 1998), atau Joachim Low (Jerman 2014).

Setelah melihat berbagai prediktor tersebut, memang bukanlah merupakan hal yang mudah untuk menebak siapa timnas yang akan meraih gelar tertinggi dari jagat persepakbolaan semesta ini.

Namun, memang ada beberapa nama dari timnas yang beberapa kali muncul dan menjadi favorit sebagai juara, seperti Brasil, Belgia, Prancis, atau bahkan Argentina yang tampil terseok-seok pada fase grup di Rusia.

Sebagaimana diketahui, pada tulisan ini diturunkan diketahui bahwa Piala Dunia 2018 telah memasuki fase gugur atau yang lebih dikenal dengan sebutan 16 besar.

Sedangkan jadwal dari ke-16 besar tersebut adalah Prancis melawan Argentina, Uruguay melawan Portugal, Spanyol melawan Rusia, serta Kroasia melawan Denmark.

Selanjutnya, Brasil melawan Meksiko, Belgia melawan Jepang (satu-satunya wakil Asia yang tersisa), Swedia melawan Swiss, serta Kolombia melawan Inggris.

Siapa pun timnas yang akan menjadi juaranya yang akan ditentukan pada final 15 Juli mendatang, diharapkan kesebelasan tersebut adalah mereka yang bermain atraktif dan menghibur, mencetak banyak gol, serta terus menjunjung tinggi sportivitas.

Baca juga: Cara 16 tim merayakan kelolosan mereka ke 16 Besar


(T.M040/T007)

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018