London (ANTARA News) - Bursa saham dunia naik pada Selasa, didukung oleh kenaikan di Eropa dan kenaikan tiga hari berturut-turut saham teknologi di Amerika Serikat, meskipun pasar di seluruh Asia dan terutama Tiongkok tetap dalam cengkeraman turbulensi perdagangan.

Wall Street ditetapkan untuk sesi yang lebih kuat karena investor memposisikan untuk laba Silicon Valley yang kuat sebelum musim pelaporan dimulai minggu depan, sementara saham-saham Eropa juga naik setelah kesepakatan penyelesaian kebijakan migrasi yang mengancam pemerintahan koalisi Jerman.

Namun tenggat waktu 6 Juli semakin dekat bagi Washington untuk mengenakan tarif senilai 34 miliar dolar AS atas barang-barang Tiongkok dimana Beijing telah bersumpah akan membalasnya dengan tarif pada produk-produk AS.

Presiden Donald Trump juga pada Senin (2/7) mengancam untuk "melakukan sesuatu" jika Amerika Serikat tidak diperlakukan lebih baik oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Prospek perang perdagangan besar-besaran dan melemahnya yuan tanpa henti -- telah jatuh 5,0 persen dalam dua minggu terakhir ke posisi terendah 10 bulan -- dilaporkan memaksa Tiongkok melakukan intervensi melalui bank-bank yang dikelola negara.

Mata uang tersebut kemudian membalikkan kerugian sebelumnya, bergerak kembali ke wilayah positif untuk hari ini terhadap dolar.

"Sejauh ini yang terbesar (kerugian yuan) yang saya ingat. Kehati-hatian disarankan harus diseimbangkan di seluruh Asia Tenggara karena implikasi kompetitif," kata ahli strategi Bank of New York Mellon Neil Mellor.

"Jadi, jika Anda memiliki semua mata uang melemah dan penguatan dolar terhadap mata uang negara-negara berkembang lainnya juga, itu menghasilkan tingkat ketidakstabilan di pasar hanya berdasarkan skalanya."

Mata uang Asia lainnya melemah, terutama seperti rupiah Indonesia yang tepapar ganda -- perdagangan dan harga minyak mendekati 80 dolar AS per barel.

Di pasar ekuitas, Hong Kong menukik sebanyak 3,3 persen pada satu titik ke posisi terendah sembilan bulan, juga terpukul oleh langkah AS untuk memblokir China Mobile dari menawarkan jasa-jasa ke pasar AS. Bursa Shanghai mencapai palung terendah dua tahun meskipun kedua indeks beringsut lebih tinggi ke arah penutupan karena yuan pulih. Nikkei Jepang naik tipis mendekati level terendah tiga bulan.

Suasana lebih ceria di Eropa di mana indeks ekuitas pan-Eropa naik setengah persen, euro menguat sedikit dan imbal hasil obligasi naik setelah Kanselir Jerman Angela Merkel mencapai kesepakatan dengan mitra koalisi konservatif Bavaria-nya.

"Kesepakatan antara Kanselir Merkel dan menteri dalam negeri Jerman Horst Seehofer akan dilihat risiko politik Jerman memudar ke latar belakang, karena risiko penurunan untuk euro dalam waktu dekat," kata analis MUFG kepada kliennya.

Ekuitas berjangka untuk S&P 500 dan Nasdaq AS menunjukkan sesi lebih kuat setelah Wall Street berakhir lebih tinggi pada Selasa untuk hari ketiga berturut-turut. Keuntungan sekitar satu persen di perusahaan teknologi seperti Microsoft dan Apple mengimbangi kekhawatiran tentang perdagangan dan dampaknya terhadap pertumbuhan.

Saham-saham teknologi relatif tahan terhadap kekhawatiran perdagangan -- indeks 10 raksasa teknologi New York Stock Exchange termasuk Alibaba Tiongkok telah meningkat lebih dari 30 persen tahun ini. Mereka terlihat memberikan seperangkat penghasilan kuartalan yang kuat.

Itu membantu indeks dunia MSCI naik 0,2 persen, beringsut lebih jauh dari posisi terendah dalam 2,5 bulan terakhir.

Bank-bank sentral dan mata uang

Meskipun pertumbuhan AS dan laba perusahaan-perusahaan AS tampaknya tidak disangkal, saling balas tarif dari Tiongkok dan Eropa pada akhirnya dapat terbukti merugikan bagi bisnis dan lapangan pekerjaan di Amerika.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik sedikit di tengah suasana yang lebih mudah, tetapi kekhawatiran tentang perang perdagangan telah mendorong kesenjangan antara imbal hasil surat bertenor dua tahun dan 10 tahun ke yang tersempit sejak 2007

"Intensifikasi ketegangan perdagangan global baru-baru ini menyiratkan kemungkinan konflik perdagangan telah meningkat ke tingkat yang dapat mengakibatkan rasa sakit signifikan di pasar keuangan dan penurunan yang cukup besar dalam output dan pekerjaan," tulis Deutsche Bank.

Dolar mundur 0,4 persen terhadap sejumlah mata uang dan berkurangnya ketegangan di Jerman membantu euro meningkat 0,2 persen terhadap greenback.

Tetapi mereka yang paling tepapar perdagangan seperti dolar Australia dan mata uang negara-negara berkembang tetap di bawah tekanan -- Aussie, dianggap sebagai proxy likuid untuk risiko terkait Tiongkok, mendekati level terendah 1,5 tahun terhadap greenback.

Baca juga: Bursa saham China ditutup lebih tinggi

Reserve Bank of Australia (RBA) mempertahankan suku bunga pada rekor rendah 1,5 persen pada Selasa dan tidak menunjukkan tanda-tanda menaikkannya dalam waktu dekat segera. Gubernur RBA mengutip "arah kebijakan perdagangan internasional di Amerika Serikat" sebagai ketidakpastian.

Lira Turki, yang dipandang sebagai mata rantai lemah pasar negara berkembang, turun lebih dari satu persen setelah data menunjukkan inflasi Juni melaju ke tertinggi 14 tahun, terpukul oleh harga minyak dan penyusupan dari pelemahan mata uang, demikian Reuters melaporkan.

(UU.A026)

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018