Jatinangor (ANTARA News) - Diduga kesal dengan pernyataan Purek III Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Indrarto, massa pengunjuk rasa dari berbagai elemen masyarakat Jatinangor, Sumedang, Rabu siang sekitar pukul 13.30 WIB membakar patung sosok Praja IPDN. Patung Praja IPDN setinggi dua meter yang dibuat dari kertas bekas kantung semen dan dibawa pengunjuk rasa itu dibakar setelah sebelumnya sempat diinjak-injak dan diseret-seret di depan kampus IPDN sesaat setelah Purek III IPDN berorasi di hadapan pengunjuk rasa. Purek III IPDN Indrarto yang didaulat untuk menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada warga Jatinangor Sumedang, atas perilaku Praja IPDN yang menganiaya warga setempat hingga tewas itu, dinilai pengunjuk rasa tidak mengakui kesalahan mahasiswanya. Pengunjuk rasa tiba-tiba histeris dan meneriakkan sumpah serapah kepada pejabat IPDN itu dan langsung menyeret, menginjak serta merusak dan membakar patung Praja yang dibalut lengkap dengan seragam warna krem dan peci warna biru khas Praja IPDN. Sambil meneriakkan yel-yel berupa caci-maki, sumpah serapah dan tudingan bernada memojokan IPDN, massa pengunjuk rasa yang berdemo sejak pukul 12.30 WIB itu langsung menuju arah jalan raya Sumedang - Bandung hingga memacetkan arus lalu lintas kendaraan bermotor di ruas jalan utama lintas selatan tersebut. Pengunjuk rasa yang meminta Rektor IPDN meminta maaf secara terbuka kepada warga Jatinangor di media massa tidak puas karena Indrarto yang didaulat untuk meminta maaf pun tidak mengikuti permintaan massa. "Kami minta bukti bukan janji omongan saja, buktikan permintaan maaf IPDN kepada warga Jatinangor melalui sejumlah media massa cetak dan elektronik atas peristiwa penganiayaan yang menyebabkan warga setempat tewas di tangan Praja IPDN," kata Dadan salah seorang tokoh pemuda Jatinangor. Aksi massa bubar setelah pengunjuk rasa membakar patung Praja IPD dan menyeretnya keliling kampus IPDN, massa kemudian konvoi keliling kota Jatinangor sambil meneriakkan yel-yel mengutuk aksi kekerasan di IPDN dan meminta IPDN dibubarkan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007