Baghdad (ANTARA News) - Lima menteri Sunni dan Deputi Perdana Menteri Salam al-Zubaie mengumumkan pengunduran diri mereka dari pemerintah Irak, Rabu, membuat kabinet PM Nuri al-Maliki hanya beranggotakan orang-orang Syiah dan Kurdi. Menteri-menteri yang mengumumkan pengunduran diri itu adalah anggota Front Keselarasan Irak, blok terbesar Sunni di parlemen Irak. Seorang jurubicara partai itu menekankan bahwa menteri-menteri itu tidak akan meletakkan mandat mereka dan wakil ketua partai itu, Tareq al-Hashemi, akan tetap memegang jabatannya. Menteri-menteri Sunni itu mengatakan mereka hanya bersedia memegang jabatan itu lagi jika Maliki menanggapi tuntutan blok parlemen tersebut bagi reformasi untuk mengubah pengaruh milisi Syiah dalam pasukan keamanan. Sejumlah pengamat independen di Baghdad menganggap pengunduran diri para menteri Sunni itu sebagai bukti lain kegagalan Maliki mengatasi kekerasan di Irak dengan mencakupkan semua kekuatan penting dalam proses politik. Pada April, enam menteri dari kelompok Syiah yang dipimpin oleh ulama garis keras Moqtada al-Sadr mengundurkan diri dari pemerintah Irak sebagai protes atas kegagalan Maliki menetapkan jadwal bagi penarikan pasukan asing dari Irak empat tahun setelah pasukan AS menggulingkan pemerintah Saddam Hussein. Perselisihan antara partai-partai yang berkuasa sejauh ini telah membuat terhambatnya pengangkatan menteri baru untuk mengisi kekosongan kursi yang ditinggalkan para pengikut Sadr. Sementara itu, Sadr dan pengikut-pengikutnya dikabarkan semakin maju di bidang militerisme dan memerangi pasukan Amerika di Baghdad timur. Pemerintah AS terus mendukung pemerintah Maliki namun tetap menjauh dari perselisihan antara perdana menteri tersebut dan partai-partai yang berkuasa. Kekerasan yang mematikan juga terus berlangsung di Baghdad meski pasukan AS dan Irak melakukan operasi besar-besaran sejak Februari di ibukota Irak tersebut untuk mengendalikan konflik sektarian antara milisi Syiah dan Sunni. Rabu, sedikitnya 68 orang Irak tewas dan 94 lain cedera dalam dua pemboman di Baghdad pusat dan barat dalam salah satu hari kekerasan terburuk dalam sejarah konflik Irak, demikian laporam DPA. (*)

Copyright © ANTARA 2007