Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Mennegpora), Adhyaksa Dault, di Jakarta, Kamis, menyatakan kekhawatirannya dengan persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2008 di Kalimantan Timur (Kaltim), setelah mendapat laporan tentang ketidaksiapan panitianya. "Saya mendapat laporan bahwa pihak PLN belum bisa memasok listrik untuk keperluan di sebagian fasilitas PON 2008 Kaltim," kata Adhyaksa yang ditemui di kantornya di Senayan, Jakarta, Kamis. Melihat kondisi tersebut, Adhyaksa menegaskan bahwa jadwal penyelenggaraan PON 2008 Kaltim itu harus diperjelas lagi, agar semua fasilitas dan persiapan lainnya benar-benar sudah siap. "Saya mengharapkan, agar KONI Pusat harus benar-benar melihat dan meninjau lagi kondisi fasilitas, termasuk instilasi listrik untuk kegiatan PON 2008, apakah Kaltim benar-benar siap menjadi tuan rumah," kata Adhyaksa. Adanya masalah listrik telah terjadi pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) yang berlangsung komplek stadion Madya Sempaja dan ditutup pada Senin (30/7) lalu. Pada acara dua tahunan yang diikuti lebih dari 5.000 atlet dari 33 daerah itu dan sebenarnya bisa dijadikan ajang uji coba bagi panitia besar PON 2008 itu, terjadi gangguan mati listrik yang terjadi dari pagi hingga sore dan sangat mengganggu pertandingan. Gangguan listrik tersebut tidak dapat dihindari meski kawasan tersebut ditopang dengan tiga generator set dengan kapasitas total mencapai 4 mega watt. Penyebabnya adalah nilai kontrak sewa pemenang tender POPNAS untuk akomodasi dan gelanggang olahraga di bawah biaya operasional untuk memenuhi kebutuhan listrik secara penuh. Terputusnya aliran listrik sempat pula mengganggu jalannya pertandingan babak penyisihan cabang bola basket antara tim Kalimantan Timur melawan Sulawesi Utara pada Senin (23/7). Sementara itu, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Kantor Menegpora, Hari Setiono, yang dihubungi secara terpisah juga menyatakan kekhawatirannya dengan persiapan PON 2008 setelah melihat POPNAS 2007 yang tidak terkoordinasi secara baik dan kacau balau. Namun, Hari mengemukakan, hal yang membuatnya sangat khawatir bukanlah masalah fasilitas, seperti kondisi stadion dan fasilitas lainnya, tapi lebih kepada Sumber Daya Manusia (SDM) Panitia Besar PON 2008. "Masalah fasilitas listrik itu saya tidak mengetahui secara pasti. Kalau dari segi sarana dan prasarana, saya kira sudah 80 persen sudah siap. Tapi, yang menurut saya yang paling mengkhawatirkan justru dengan terbatasnya SDM panitia, seperti yang terlihat pada POPNAS 2007 lalu," kata Hari. Menurut Hari, Panitia Besar PON 2008 seharusnya menjadikan POPNAS tersebut sebagai ajang uji menghadapi PON 2008 karena pesta olahraga pelajar tersebut diikuti oleh lebih dari 5.000 pelajar yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia. "Yang paling saya khawatirkan adalah persiapan SDM panitia, terutama dari segi pengelolaan sistem, seperti sistem transportasi, akomodasi, konsumsi dan persiapan lainnya. Di POPNAS lalu banyak hasil pertandingan yang telat dilaporkan atau hasil pertandingan yang salah dimasukkan ke dalam data," katanya. Hari juga menyatakan, setuju dengan pernyataan Menegpora bahwa Panitia Besar PON 2008 harus dipanggil untuk melaporkan persiapan mereka secara lebih komprehensif. Rencana penyelenggaraan PON 2008 tersebut sudah mengalami perubahan berkali-kali dari rencana September 2008 menjadi Maret dan kemudian diubah lagi menjadi Juli 2008. Terakhir, KONI Pusat memutuskan untuk menyelenggarakan PON 2008 tersebut pada pertengahan Juli 2008. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007