Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan swasta mengggalang kekuatan untuk mendapat pengakuan Badan Dunia UNESCO terhadap batik sebagai warisan budaya Indonesia, menyusul kekhawatiran adanya negara lain yang juga ingin mengakui batik sebagai produk budayanya. Hal itu terlihat dari dukungan Departemen Perindustrian (Depperin), Departemen Perdagangan (Deperdag) dan Yayasan Kadin Indonesia, serta Pemda Kota Pekalongan yang bahu membahu pada rencana penyelenggaraan Pekan Batik Internasional 1-5 September 2007 di Pekalongan, Jawa Tengah. "Kami sudah bertemu dengan duta besar (UNESCO) dan mereka menyatakan mendukung penuh upaya kami menjadikan batik sebagai ikon budaya Indonesia," ujar Ketua Yayasan Batik Indonesia, Iman Sucipto Umar, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan batik kemungkinan besar bisa masuk dalam kategori intangible culture heritage (warisan budaya yang tidak bisa diraba) dalam UNESCO. Namun, kata dia, untuk mendapatkan pengakuan tersebut, pemerintah perlu meratifikasi konvensi UNESCO mengenai intangible culture heritage yang disahkan pada Oktober 2003. "Kami sudah melakukan pertemuan dengan pihak Deplu (Departemen Luar Negeri) yang mengisyaratkan kemungkinan pemerintah melakukan ratifikasi konvensi UNESCO tersebut dengan Keputusan Presiden, karena tidak menyangkut masalah seperti politik dan keamanan," kata Sucipto. Untuk menggalang kekuatan batik di dalam negeri dan membangkitkan gairah produksi para pengusaha dan perajin batik di seluruh Indonesia, Depperin, Depdag, dan Kadin Indonesia, serta Pemkot Pekalongan menggagas pelaksanaan Pekan Batik Internasional yang akan dihadiri tidak hanya para perajin dan pengusaha batik, juga para duta besar, dan calon pembeli asing dari luar negeri. Selain itu, juga akan dilakukan seminar untuk menyatukan visi menjadikan batik sebagai ikon budaya nasional yang akan dihadiri Kepala Perwakilan UNESCO di Jakarta, pakar batik Iwan Tirta, dan sejumlah pihak berkepentingan lainnya dari kalangan pemerintahan. Irjen Depperin, Fauzi Aziz mengharapkan Pekan Batik Internasional akan mampu menjadi "obor" yang menerangi kebangkitan kembali batik tidak hanya sebagai budaya bangsa tapi juga kekuatan ekonomi rakyat. Menurut Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Depperin Sakri Widhianto, saat ini jumlah pekerja di sektor IKM batik mencapai sekitar 800 ribu orang dengan nilai produksi sekitar Rp2,9 triliun dan memberi kontribusi ekspor mencapai 138 juta dolar AS. Jumlah tersebut ekspor batik tersebut belum termasuk yang dibawa para turis mancanegara membeli batik secara eceran sebagai cenderamata. Walikota Pekalongan, Basir Ahmad mengatakan, Pekalongan menjadi tuan rumah Pekan Batik Internasional karena batik berbagai daerah banyak dibuat di kota tersebut yang memang dikenal sebagai kota batik. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007