Kupang (ANTARA News) - Dua pulau terluar di bagian selatan Indonesia yakni Pulau Landu dan Pulau Nusa Manuk, yang berada di wilayah Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), tampaknya tidak mendapat perhatian pemerintah. Pulau berpenghuni tersebut belum mendapat perhatian pembangunan dari pemerintah, malah Pulau Nusa Manuk sama sekali belum tersentuh pembangunan dan penduduk Pulau Landu justeru mendapat perhatian dan kebutuhan mendesak dari pihak lain yakni NGO (LSM) asal Australia. Komandan Korem (Danrem) 161/Wirasakti, Kolonel Inf Arief Rachman, MBA dan Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Pengembangan Prasarana dan Sarana (P2S) Kawasan Perbatasan NTT, Subdin Cipta Karya, Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) NTT, Ir Yunet Amaya, MSi, membenarkan hal itu ketika dikonfirmasi, di Kupang, Sabtu. Kolonel Rachman mengatakan, ia sudah mendapat informasi itu dan telah memerintahkan Komandan Kodim (Dandim) 1604 Kupang, Letkol Bambang Siswanto, menyikapi masalah tersebut. Kedua pulau itu merupakan bagian dari wilayah teritorial Kodim Kupang. "Saya sudah minta Dandim Kupang untuk mengecek perkembangan di pulau terluar itu. Ada informasi NGO asal Australia terlibat aktif membantu penduduk di sana, juga disebut-sebut bantuan NGO Australia itu disertakan tulisan pesan `untuk saudara-saudaraku di Pulau Landu`," ujar Rachman. Kasatker P2S Kawasan Perbatasan NTT, Yunet Amaya mengatakan, ia telah meminta konsultan PT Santika Conselindo untuk meninjau perkembangan di dua pulau terluar di selatan Indonesia yang terabaikan itu. Pada pertengahan Juni lalu Tim Konsultan PT Santika Conselindo, telah meninjau kedua pulau itu dan menemukan kondisi memrihatinkan. Pulau Nusa Manuk yang dihuni oleh 63 kepala keluarga (KK) sama sekali tidak tersentuh pembangunan dan Pulau Landu dihuni oleh 147 KK, merupakan pulau terluar di Selatan Indonesia. Letaknya di belakang pulau paling terluar yakni Pulau Ndana. "Belum ada satu pun bentuk perhatian pemerintah Indonesia terhadap penduduk di Pulau Landu itu, justeru kebutuhan mendesak seperti listrik dipenuhi oleh pihak lain yakni sebuah perusahaan pengembangan wisata asal Jepang yang sekarang beralih membudidayakan mutiara di perairan sekitar," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007