Manado (ANTARA News) - Sejumlah warga Manado, Sulawesi Utara (Sulut), masih sulit menemukan penjualan resmi `obat seribu`, karena sejumlah apotek dan toko obat lainnya belum menjual obat murah program pemerintah itu. "Program pemerintah obat murah harga seribu per strip tidak bisa ditemukan ditempat jual resmi, kami masih memanfaatkan obat-obat jenis lain dengan harga mahal," kata Syane, warga Sario, Manado, Minggu. Pemerintah diharapkan segera mendistribusikan obat murah tersebut kepenjualan resmi, sekaligus mensosialisasikan kepada warga miskin tentang manfaat dari penggunaan `obat seribu`. "Kalau kita ke dokter tentu mendapatkan resep obat mahal, padahal kondisi ekonomi tidak mampu membali obat-obat mahal," kata ibu satu anak yang berprofesi pedagang makanan itu. Apalagi hanya memanfaatkan obat-obat toko atau warung, tentunya memiliki resiko dan efek samping membahayakan kesehatan jika tidak melalui resep dokter. Sementara, Nini, salah satu mahasiswa di perguruan tinggi negeri di Manado, mengaku sering mengalami penyakit maag, namun takut mengkonsumsi obat toko. "Katanya `obat seribu` sangat kecil efek samping serta mudah didapatkan, nyatanya tidak bisa ditemukan di toko obat," ungkapnya. Wakil Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulut, Dr Subakti mengatakan, distribusi obat murah `obatseribu` sudah disalurkan pemerintah pusat ke toko obat yang dipilih khusus. "Harga jual tetap Rp1000 per strip, itu khusus untuk warga miskin yang membutuhkan," katanya. Obat murah itu meliputi 12 jenis yakni obat sakit kepala, flu, maag, batuk berdahak, obat tambah darah, asma, obat penurun panas, batuk dan flu, obat cacing, obat batuk cair, obat penurun panas anak dan obat cacing anak.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007