Hiroshima (ANTARA News) - Warga kota Hiroshima dan para pencinta perdamaian dari seluruh pelosok negeri Jepang maupun luar negeri melakukan hening cipta pada pukul 08:15 Senin, untuk memperingati 62 tahun peristiwa penjatuhan bom atom di Hiroshima menjelang berakhirnya Perang Dunia II. Bom atom dijatuhkan dengan menembakkannya dari pesawat pengebom B-29 milik Amerika Serikat dan meledak tepat pada 6 Agustus 1945 dengan ketinggian 600 meter di atas kota tersebut. Pada saat pagi hari menjelang upacara peringatan para warga telah melakukan ziarah ke taman peringatan para korban. Hal itu telah mengusik dan membuat perasaan saya bercampur aduk setiap tahun saat menjelang peringatan pengeboman, kata Tadashi Takeoka, 68, seorang pemilik restoran yang melakukan ziarah paling awal ke tugu peringatan yang terletak tepat di tengah-tengah taman peringatan korban. Pada saat ia berusia 6 tahun, kakek dan neneknya yang sedang berkunjung ke kota itu ikut tewas dalam seranagan bom yang dijatuhkan AS dan jasad mereka tak pernah ditemukan. Takeoka mengenang suasana yang mengerikan sekaligus sangat menyedihkan bagi dirinya, keluarganya dan semua umat manusia di dunia yang cinta damai, pada saat ia mencari kakek dan neneknya bersama ibunya. Sekitar 45 ribu warga ikut dalam upacara mengenang para korban kekejaman perang yang berlangsung dalam upacara 45 menit yang dimulai tepat pada pukul 8:00, dengan pemerintah kota Hiroshima bertindak sebagai tuan rumah. Dalam upacara tersebut Walikota Tadatoshi Akiba menyatakan "kekuatan seluruh warga masyarakat dunia" bersama-sama dapat mengatasi ancaman nuklir terhadap dunia dan mendesak pemerintah Jepang untuk melakukan apa yang dapat dilakukan. Pewdana Menteri Shinzo Abe yang juga hadir dalam upacara tersebut berjanji akan menjunjung tinggi undang-undang dan akan tetap mempertahankan prinsip pemerintah Jepang yang anti nuklir, di tengah-tengah debat masyarakat yang disebabkan oleh pernyataan Abe yang sebelumnya menyampaikan keinginan untuk melakukan revisi UU pasal 9 dari UU tertinggi negara. "Hiroshima tak ubahnya neraka bagi mereka yang menjadi saksi peristiwa tragedi tersebut yang mampu bertahan hidup ditengah-tengah mereka yang kehilangan nyawa," kata Akiba dalam deklarasi perdamaian yang memberikan keterangan rinci mengenai bagaimana satu bom dapat merenggut nyawa 140 ribu orang warga Jepang menjelang akhir tahun 1945 di kota yang terletak di wilayah sebelah barat. Bom atom yang kedua dijatuhkan di kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang juga meminta nyawa sebanyak 70 ribu orang dan Jepang enam hari kemudian menyatakan menyerah dan Perang Dunia II dinyatakan berakhir. "Untuk memastikan bahwa tak akan ada lagi seorangpun yang akan menderita seperti para korban yang lolos dari kematian akibatnya yang mengatakan mereka lebih baik memilih untuk melupakan peristiwa itu tetapi kita jangan pernah melupakan penderitaan yang mereka lalui dengan cara mengupayakan pencegahan penggunaan senjata nuklir," kata Akiba kepada Kyodo. "Jepang sebagai negara satu-satunya di dunia yang pernah di bom berkewajiban untuk menyebar luaskan ke seluruh dunia filosofi dari hibakusha dan fakta-fakta dari satu peristiwa pemboman," kata Akiba lagi. "Pemerintah harus bangga dan mempertahankan konstitusi perdamaian untuk menegaskan dan mewujudkan satu dunia yang bebas nuklir," katanya lagi. Dalam memimpin doa bagi para korban, Akiba juga menyebut nama mantan Walikota Nagasaki, Itcho Ito, seorang pejuang aktifis anti senjata nuklir yang ditembak mati April lalu oleh seorang anggota gengster. Abe dalam pidatonya mengatakan "Di hadapan arwah para korban Hiroshima saya kembali menegaskan tekad kita untuk tidak pernah membiarkan tragedi Hiroshima dan Nagasaki terulang kembali." "Saya menyatakan bahwa kita akan menjunjung tinggi undang-undang yang secara jujur diaspirasikan dari keinginan untuk menjaga perdamaian dunia dan akan secara tegas menjunjung tiga prinsip anti-nuklir yaitu Jepang tidak akan memiliki, memproduksi dan tak akan pernah membiarkan adanya senjata nuklir berada didalam sejengkal wilayahnya ," katanya. Pesan Sekjen PBB Sekretaris Jendrral Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki Moon, dalam pesannya yang dibacakan oleh utusannya, perwakilan tinggi untuk pelucutan senjata nuklir Sergio de Querioz Duarte mengatakan "Kita semua harus melakukan segala upaya untuk menjunjung tinggi tekad bersama dalam hal non-prolifikasi nuklir." Peringatan tahun ini datang di tengah-tengah perjuangan para korban untuk memperoleh pengakuan pemerintah akan penyakit kanker dan penyakit lainnya yang diderita mereka yang diakibatkan oleh radiasi bom atom. Sebanyak 251.834 jumlah hibakusha atau korban bom atom yang masih hidup yang diakui oleh pemerintah Jepang hingga 31 Maret lalu dengan usia rata-rata 74,6 tahun. Sebanyak 2.242 orang di antara mereka yang mengidap penyakit diakui pemerintah sebagai korban radiasi bom atom, demikian menurut data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Sosial. (*)

Copyright © ANTARA 2007