Malang (ANTARA News) - Peningkatan aktivitas di Gunung Semeru ternyata tak menyurutkan niat sekitar 700 orang pendaki untuk merayakan detik-detik proklamasi 17 Agustus yang ditandai dengan penancapan sang saka merah putih di puncak gunung tertinggi di Jatim itu. Kepala Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTNBTS) Dr. Joko Prihatno, Rabu, mengatakan, untuk aktivitas pendakian tetap terbuka, namun ada batasan kuota yakni hanya 700 pendaki baik yang turun maupun yang naik ke kawasan puncak Mahameru. "Sekarang pendaki yang terdaftar akan merayakan detik-detik proklamasi ini sudah lebih dari 300 orang, tetapi belum termasuk pendaki khusus dari BTNBTS yang bertugas mengamankan dan mengawal mereka," katanya ketika dihubungi di Malang. Sebagai antisipasi berbagai kemungkinan, katanya, pihaknya telah memasang rambu-rambu larangan di kawasan berbahaya sepanjang 300 meter, mengaktifkan posko-posko pengendalian kebakaran dan rambu penunjuk arah ke puncak Semeru agar tidak ada pendaki yang tersesat. Menyinggung kondisi Gunung Semeru itu sendiri, Joko mengakui, berita yang dirilis media di Australia beberapa hari lalu tentang adanya letusan yang membahayakan di Gunung Semeru sangat merugikan terutama bagi arus wisatawan yang menjadikan kawasan Gunung Bromo dan Semeru sebagai tujuan wisata. Dikatakannya, terjadinya letusan yang cukup keras dan tercatat di Seismografi menunjukkan angka amplitudi 33 milimeter itu hanya berada di dalam kawah (kaldera) Semeru tidak sampai mengeluarkan material baik yang dingin maupun panas sehingga tetap aman bagi aktivitas pendakian serta wisata. "Kami berharap masyarakat terutama wisatawan baik Wisatawan Nusantara (Wisnu) maupun Wisatawan Mancanegara (Wisman) tidak terpengaruh dengan rilis dari Australia tersebut, karena kondisi Gunung Semeru yang sebenarnya cukup aman dan belum ada kenaikan status dari waspada menjadi siaga ataupun awas," tegasnya. Seperti diketahui dalam tiga tahun terakhir ini, status Gunung Semeru adalah waspada dan benerapa kali letusan dalam tiga hari terakhir ini tidak mempengaruhi status gunung tersebut dan letusan itu dinilai masih normal bagi sebuah gunung berapi asal tidak mengeluarkan material dari kawah baik berupa lahar dingin maupun panas. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007