Mataram (ANTARA News) - Masyarakat di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), memilih mendirikan tenda di gang-gang jalanan untuk bermalam bersama di luar rumah karena masih trauma pascagempa berkekuatan 7,0 Skala Richter (SR) yang mengguncang Lombok Utara, Minggu (5/8).

"Tenda ini untuk pengungsian bersama, karena masih pada takut untuk tidur di dalam rumah," kata Farouk Mukhsin, salah satu warga di Kelurahan Cakranegara, Mataram, Senin.

Beberapa tenda dibangun di tengah jalan guna menghindari bangunan tembok yang dikhawatirkan runtuh ketika terjadi gempa susulan.

Beberapa jalan kecil terpaksa dipasangi barikade untuk menutup akses jalanan agar dapat didirikan tenda dengan atap terpal yang luas.

Berdasarkan pantauan Antara, satu tenda terpal diisi lima sampai enam keluarga, dengan mayoritas perempuan dan anak-anak, sedangkan warga laki-laki berkumpul di ujung gang untuk siaga.

Wati, salah satu pengungsi di tenda darurat, mengatakan masih trauma dan takut untuk bermalam di dalam rumah sebab gempa susulan beberapa hari terakhir masih terjadi ketika petang.

"Semalam, guncangan besar sekali, jadi saya takut rumah roboh, mending di luar bareng-bareng nunggu aman," kata Wati yang berharap gempa susulan segera berhenti.

Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya menyebut gempa dengan magnitude 7,0 SR pada Minggu (5/8), pukul 18.46 WIB, terjadi akibat pergerakan Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho sebelumnya mengatakan terjadi ratusan kali gempa susulan pascagempa berkekuatan 7 SR tersebut. "Kemarin itu gempa utamanya, bisa diperkirakan akan ada gempa lagi tapi (kekuatannya) kecil-kecil bisa sampai berminggu-minggu".

Namun demikian Sutopo mengatakan gempa-gempa susulan dengan skala lebih kecil ini baik demi kestabilan. "Yang penting masyarakat cari tempat yang aman. Tanah lapang, jauh dari bangunan, terutama yang sudah rapuh atau retak-retak".

Baca juga: Warga Mataram berlarian panik karena gempa susulan

Baca juga: Hingga 2.700 wisatawan dievakuasi dari kawasan Gili Matra


Baca juga: Korban gempa Lombok butuh tenda dan selimut
 

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018