Jakarta (ANTARA News) - Menperin Fahmi Idris mengatakan komersialisasi hasil riset yang dilakukan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) dan perguruan tinggi belum maksimal, sehingga hasilnya belum dapat dimanfaatkan masyarakat luas. Fahmi Idris mengemukakan hal itu pada pembukaan pameran hasil riset dan dan seminar komersialisasi hasil riset teknologi industri, di Jakarta, Senin. "Sudah banyak hasil riset di bidang teknologi industri yang dihasilkan lembaga litbang dan para peneliti lingkungan di perguruan tinggi. Masalahnya adalah sosialisasi atau komersialisasi dari hasil riset itu belum maksimal," ujarnya. Selain itu, kata dia, hasil dari suatu riset seringkali tidak memperhatikan struktur biaya, sehingga ketika diterapkan atau dikomersialisasi hasil riset tersebut tidak bersaing atau mahal. "Struktur biaya (produksi) yang tinggi menyebabkan hasil riset itu biasanyanya ditolak pasar," katanya. Oleh karena itu, ia meminta lembaga penelitian khususnya di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Depperin memperhatikan struktur biaya produksi hasil riset agar mampu dikomersialisasi pelaku usaha. "Tentu memang (komersialisasi hasil riset) tergantung pelaku bisnis. Kalau pelaku bisnis yakin tentang hasil riset tersebut, pasti jadi," kata Fahmi. Ia mengakui selama ini riset lebih banyak dilakukan oleh lembaga pemerintah dibandingkan swasta. Oleh karena itu, katanya, pemerintah telah membuat peraturan mengenai pemberian insentif untuk riset yang dilakukan swasta. "Rumusannya sudah ada, tapi format menghitungnya belum ada, karena ada saja pelaku usaha yang menyalahgunakan. Misalnya biaya promosi dibilang untuk biaya riset," katanya. Mengenai soal cara perhitungan insentif pajak untuk swasta yang melakukan riset, ia menjelaskan masih dalam pembahasan dengan Ditjen Pajak Depkeu. (*)

Copyright © ANTARA 2007