Jakarta (ANTARA News) -  Ubud Writers & Readers Festival, perhelatan sastra dan seni terbesar di Asia Tenggara meluncurkan daftar lengkap nama pembicara beserta program-program menarik yang akan diselenggarakan pada 24-28 Oktober mendatang.

Pada tahun ke-15 penyelenggaraan Festival, lebih dari 160 pembicara nasional dan internasional yang terdiri dari para penulis, jurnalis, pegiat, akademisi, seniman, musisi hingga pelestari alam menyatakan akan datang ke UWRF.

Mereka yang berasal dari sekitar 30 negara berbeda bersiap menuju jantung kota Ubud untuk memperdengarkan kisah-kisah hebat, membagikan ide dan gagasan tak terbatas, serta bertemu dengan para penikmat sastra dan seni dari seluruh dunia. 

Festival akan menyambut sosok-sosok besar dan inspiratif.

Ada Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Susi Pudjiastuti yang akan hadir dalam salah satu panel diskusi UWRF, bersamaan dengan agendannya ke Bali pada Oktober mendatang untuk menghadiri Our Ocean Conference 2018. 

Selain itu, Yenny Wahid, pegiat kebebasan beragama sekaligus putri dari mantan Presiden Indonesia yang keempat, K.H Abdurrahman Wahid, akan bergabung bersama Ndaba Mandela, pendiri Africa Rising Foundation sekaligus cucu dari mantan Presiden Afrika Selatan yang pertama, Nelson Mandela. 

UWRF 2018 juga akan menghadirkan sosok yang selalu dinantikan para pencinta sastra Indonesia yaitu Sapardi Djoko Damono, seorang penyair legendaris yang masih aktif berkarya hingga usia senja. 

Sementara itu, sederet nama yang telah membesarkan dunia sastra Indonesia seperti Dee Lestari, Leila S. Chudori, Aan Mansyur serta Avianti Armand, penyair sekaligus arsitek. 

Beberapa nama pembicara yang pernah hadir dalam Festival pada tahun sebelumnya dipastikan kembali, seperti Djenar Maesa Ayu, penulis favorit sekaligus sutradara yang kerap mengangkat tema feminisme dalam setiap karyanya; Putu Fajar Arcana, penulis sekaligus pelopor Kelas Cerpen Kompas; Warih Wisatsana, penyunting sekaligus penyair yang karyanya telah banyak memenangkan penghargaan; serta Endy M. Bayuni, penyunting senior The Jakarta Post.

UWRF juga akan menghadirkan Haidar Bagir, filantropis, penulis buku seputar Islam, sekaligus pendiri Mizan Grup; Noor Huda Ismail, pendiri Institut Perdamaian Internasional Indonesia; serta Rudi Fofid, penyair dan pegiat perdamaian yang menerima penghargaan Maarif Award tahun 2016.

Sederet nama dari generasi muda Indonesia berbakat juga akan mengisi panel-panel diskusi. 

Norman Erikson Pasaribu, yang karya pertamanya baru saja memenangkan PEN Translates Award tahun 2018; Nuril Basri, penerima beasiswa residensi ke Inggris dari Badan Bahasa Indonesia tahun 2017; Emmanuela Shinta, pegiat lingkungan muda asal Kalimantan; serta Rain Chudori, putri Leila S. Chudori yang juga mengikuti jejak Sang Ibu berkecimpung di dunia sastra dan kepenulisan.

Festival ini juga secara mendukung dan mengikuti arus perkembangan industri film Indonesia. 

Kamila Andini, sineas muda yang sukses lewat film pemenang penghargaan Sekala Niskala, akan bergabung dengan ayahnya, sutradara kawakan Indonesia Garin Nugroho, serta sutradara film eksperimental sekaligus novelis Richard Oh. Ketiganya akan mengupas sisi menarik di balik industri perfilman yang semakin mencuri perhatian.

Internasional

Sementara itu, bintang sastra internasional yang dipastikan akan datang ke UWRF 2018 adalah Hanif Kureishi, penulis naskah drama, pembuat film, dan novelis asal Inggris berdarah Pakistan yang disegani; Kim Scott, penulis Australia yang karya pertamanya Benang (1999) berhasil memenangkan Miles Franklin Award; Geoff Dyer, novelis dan esais asal Amerika Serikat yang karya-karyanya telah diterjemahkan dalam 24 bahasa.  

Para bintang sastra tersebut akan berbagi meja-meja panel diskusi dengan Fatima Bhutto, penulis memoar pemenang penghargaan asal Pakistan; Uzodinma Iweala, pembuat film asal Amerika Serikat berdarah Nigeria yang juga merupakan dokter dan CEO The Africa Center di New York. 

Juga Clemantine Wamariya, penulis memoar kelahiran Rwanda yang menuliskan perjalanan panjangnya mencari suaka di delapan negara Afrika hingga Amerika Serikat; serta Yeb Saño asal Filipina, yang kini menjabat sebagai Direktur dari Greenpeace Asia Tenggara. 

Sidney Jones yang selama ini diakui dunia telah mampu menangani konflik etnis dan pemberontakan, akan bergabung bersama Janet Steele, penulis buku berjudul Mediating Islam yang fokus terhadap pembahasan tentang Islam, jurnalisme, dan demokrasi di Indonesia dan Malaysia; serta Dina Zaman, penulis buku seputar agama dalam lingkup kehidupan sehari-hari.

Berbagi wawasan yang mendalam dari benua Australia, ada Gillian Triggs, akademisi ternama sekaligus mantan Presiden Komisi Hak Asasi Manusia Australia; Jill Stark, jurnalis dan penulis biografi; serta Jane Caro, jurnalis dan pemerhati sosial pemenang Walkley Award. 

Sementara itu, dari India, tahun ini UWRF akan kedatangan Tishani Doshi, penulis sekaligus penari; Gumehar Kaur, pegiat sosial; dan Anuradha Roy, novelis yang karyanya berjudul Sleeping on Jupiter berhasil memenangkan DSC Prize 2016.

Para bintang internasional kelahiran Indonesia yang sedang bersinar juga dihadirkan UWRF 2018 seperti Clarissa Goenawan, penulis Singapura yang sukses dengan karyanya Rainbirds, serta Innosanto Nagara, penulis buku anak-anak, pegiat, dan desainer grafis yang kini menetap di California, Amerika Serikat.

Sederet nama-nama di atas, hanyalah sebagian kecil dari nama pembicara lengkap yang akan mengisi UWRF tahun ini. 

Tahun ini, Festival merayakan tema "Jagadhita" yang diambil dari filosofi Hindu kuno yang berbicara mengenai kebahagiaan dan kesejahteraan di jagat raya, serta pencarian manusia akan keselarasan hidup dalam konsep tersebut.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018