target rekonstruksi berkaitan dengan teknologi yang digunakan yaitu Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) menggunakan sistem modular sehingga mudah dipasang dan lebih cepat penyelesaiannya dibandingkan konstruksi rumah konvensional.
Jakarta, (ANTARA News) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan pascagempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan sekitarnya dapat dituntaskan dalam jangka waktu sekitar setahun ke depan.

"Untuk rehabilitasi dan rekonstruksi rumah warga yang rusak akan selesai dalam waktu satu tahun," kata Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H. Sumadilaga dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, target tersebut berkaitan dengan teknologi yang digunakan yaitu Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) menggunakan sistem modular sehingga mudah dipasang dan lebih cepat penyelesaiannya dibandingkan konstruksi rumah konvensional.

Selain itu, menurut dia, biayanya terjangkau, mudah dipindahkan, tahan gempa dan dapat dimodifikasi menjadi bangunan kantor, puskesmas, rumah sakit, sekolah, dan lainnya.

"Dengan ukuran tipe 36 dan biaya tiap 1 meter persegi sekitar Rp1,5 juta maka biaya yang dibutuhkan sekitar Rp50 juta per unit rumah. Untuk komponen paling mahalnya yakni besi dan semen, akan dipasok oleh BUMN untuk memastikan harga pembangunannya sama. Kami pasti instruksikan untuk gunakan komponen dari dalam negeri," ujar Danis.

Untuk rekonstruksi fasilitas publik, ia mengatakan telah memulai pembangunan pasar seperti di Pasar Tanjung dan Pemenang, agar roda aktifitas sosial ekonomi warga dapat segera berjalan kembali.

Sementara itu untuk fasilitas pendidikan yang rusak, telah teridentifikasi lebih dari 500 sekolah rusak yang terdiri dari PAUD, SD, SMP, SMA/SMK dan sudah mulai dilakukan perbaikan di 43 sekolah.

"Hingga saat ini, sudah dimulai pembangunan 20 unit Risha dan 4 Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) yang akan digunakan sebagai rumah petugas, mushalla dan rumah sakit yang sifatnya sementara. Dari hasil identifikasi sementara sekitar 78 fasilitas publik dan 36.000 rumah mengalami rusak berat dan diperlukan waktu untuk rekonstruksi bangunan permanennya sekitar dua tahun," paparnya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Litbang Permukiman, Balitbang, Kementerian PUPR Arief Sabarudin memaparkan, teknologi Risha menggunakan panel "knock down" sehingga mudah dipasang dan lebih cepat penyelesaiannya serta biaya lebih murah dibandingkan konstruksi rumah konvensional.

Konstruksi rumah tahan gempa yang rencananya bakal dibangun untuk pemulihan pascagempa berkekuatan 7 skala richter (SR) di Lombok, 5 Agustus 2018, diperlukan sebagai mitigasi bencana karena wilayah Lombok dinilai termasuk salah satu wilayah rawan gempa.
Baca juga: Pemerintah siapkan rekonstruksi Lombok pascagempa
Baca juga: Presiden Jokowi perkenalkan teknologi rumah sehat tahan gempa

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018