"Masalah Iran terus menghuni pikiran para pedagang"
New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah naik sekitar tiga persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan minyak mentah Brent mencapai tertinggi tiga minggu.

Hal itu terjadi  setelah data pemerintah AS menunjukkan penarikan yang lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentahnya dan karena sanksi Washington terhadap Iran mengisyaratkan pengetatan pasokan.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober naik 2,15 dolar AS atau 2,96 persen, menjadi menetap di 74,78 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Patokan global ini mencapai 75,00 dolar AS selama sesi, tingkat tertinggi sejak 31 Juli.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Oktober naik 2,02 dolar AS atau 3,07 persen menjadi ditutup pada 67,86 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Persediaan minyak mentah AS turun 5,8 juta barel pekan lalu, Badan Informasi Energi AS (EIA)
mengatakan, jumlah itu melebihi proyeksi penarikan 1,5 juta barel yang diperkirakan oleh para analis yang disurvei oleh Reuters.

Kilang minyak mentah AS rata-rata memasukkan 17,89 juta barel per hari selama pekan yang berakhir 17 Agustus, 89.000 barel per hari lebih rendah dari rata-rata minggu sebelumnya, tetapi masih 431.000 barel per hari lebih tinggi dari tingkat pada minggu yang sama tahun lalu.

Selama empat minggu terakhir, input kilang rata-rata mencapai 17,73 juta barel per hari, 1,3 persen lebih tinggi dari periode empat minggu yang sama tahun lalu.

Tingkat pemanfaatan kilang tetap tidak berubah minggu lalu di 98,1 persen dari total kapasitas, tingkat tertinggi sejak 1999.

"Kontribusi kuat terhadap penarikan besar minyak mentah itu adalah karena sekitar separuh dari penurunan diimbangi oleh penambahan stok gabungan bensin dan distilasi," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.

Stok bensin naik 1,2 juta barel, sementara persediaan distilasi meningkat 1,8 juta barel, data EIA menunjukkan.

Minyak juga mendapat dukungan dari dolar AS yang lebih lemah, yang tergelincir minggu ini sebagai tanggapan terhadap komentar Presiden AS Donald Trump bahwa dia "tidak senang" oleh kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Melemahnya dolar membuat minyak lebih murah untuk pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari prospek penurunan ekspor minyak mentah Iran sebagai tanggapan atas sanksi baru AS terhadap produsen terbesar ketiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Sanksi-sanksi AS memiliki efek yang kuat pada ekonomi Iran, Penasihat Keamanan Nasional John Bolton mengatakan pada Rabu (22/8).

Perusahaan-perusahaan minyak Eropa telah mulai mengurangi pembelian dari Iran, meskipun pembeli China mengalihkan kargo mereka ke kapal milik Iran untuk menjaga pasokan tetap mengalir.

"Masalah Iran terus menghuni pikiran para pedagang," kata Greg McKenna, kepala strategi pasar di broker berjangka AxiTrader.

Apalagi ketegangan terus meningkat ketika Iran memperingatkan pada Rabu (22/8) akan menghantam target AS dan Israel jika diserang oleh Amerika Serikat.

Hal itu dilakukan setelah penasihat keamanan Trump mengatakan Washington akan memberikan tekanan maksimum pada Teheran melampaui sanksi-sanksi ekonomi.

OPEC telah mulai meningkatkan pasokan menyusul kesepakatan dengan Rusia dan sekutu lainnya pada Juni, meskipun produsen-produsen sejauh ini berhati-hati.

Arab Saudi mengatakan kepada OPEC bahwa ia akan mengurangi pasokan pada Juli, daripada meningkatkan produksi seperti yang diharapkan.

Tanda-tanda pasokan yang lebih ketat menyanggah kekhawatiran tentang perlambatan permintaan minyak yang sebagian berasal dari perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, dua ekonomi terbesar dunia.

Pejabat AS dan China dijadwalkan akan melanjutkan pembicaraan pada Rabu (22/8) waktu setempat, tetapi Trump mengatakan dia memperkirakan tidak akan ada kemajuan nyata.

Baca juga: Menanti pidato The Fed, saham di Wall Street bergerak penuh variasi
Baca juga: Ekspektasi kenaikan suku bunga, persempit kerugian dolar AS
Baca juga: AS pangkas proyeksi pertumbuhan produksi minyak mentah 2018

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018