Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mengutuk keras pemboman di Mosul, propinsi Nineveh, Irak yang mengakibatkan lebih dari 200 orang tewas dan ratusan lagi luka-luka. "Kejadian itu mengingatkan kita bahwa upaya penyelesaian menyeluruh masalah Irak perlu terus diupayakan dan diperkuat oleh semua pihak," kata Jurubicara Departemen Luar Negeri Kristiarto Soeryo Legowo di Jakarta hari Kamis. Menurut dia, peristiwa itu juga membuktikan bahwa rujuk melibatkan seluruh unsur terkait merupakan masalah utama, yang harus diupayakan agar penyelesaian menyeluruh tersebut dapat segera terwujud. Ia juga menegaskan bahwa Indonesia mempunyai tekad terus membantu pewujudan rujuk itu sebagaimana dilakukan melalui penyelenggaraan konferensi antarbangsa pemimpin Islam untuk rujuk di Irak pada April 2007 di Bogor. "Indonesia juga mengharapkan negara di kawasan itu dan masyarakat antarbangsa mendukung upaya mewujudkan rujuk menyeluruh itu," katanya. Kristiarto mengatakan pemerintah Indonesia menyampaikan ungkapan simpati dan belasungkawa kepada pemerintah Irak dan keluarga korban atas kekerasan itu dan mengharapkan pelakunya ditangkap dan diproses sesuai dengan hukum. Sedikit-dikitnya, 500 orang tewas dan lebih dari 200 lagi cedera ketika Selasa lalu terjadi empat peboman bunuh diri menggunakan truk, yang ditujukan kepada anggota aliran kuno Yazidi di Irak utara. Serangan tersebut dilancarkan beberapa jam setelah beberapa pria bersenjata mengenakan seragam pasukan keamanan setempat menculik Wakil Menteri Perminyakan Abdel Jabar Al-Wagga dalam serangan siang hari terhadap kompleks dijaga ketat di Bagdad. Dalam salah satu peristiwa paling berdarah selama perang empat tahun di Irak itu, beberapa pembom meledakkan empat truk berisi bahan peledak di dua desa di propinsi Nineveh di bagian utara negeri itu, yang dihuni anggota kelompok kecil Yazidi di Irak. Pengikut aliran Yazidi, yang berjumlah 500.000, berbicara dengan dialek Kurdi, tapi mengikuti agama pra-Islam dan memiliki tradisi budaya sendiri. Mereka percaya pada Tuhan Sang Pencipta dan menghormati nabi pembawa Injil dan Al-Quran, terutama Nabi Ibrahim, tapi inti penyembahan mereka ialah Malak Taus, pemimpin malaikat, yang seringkali digambarkan sebagai burung merak. Pengikut agama itu mengenal malaikat tersebut sebagai Lucifer, atau Setan, sehingga menyebar dugaan bahwa pengikut aliran rahasia Yazidi adalah penyembah setan. Masyarakat itu berusaha menjauhkan diri dari sengketa sengit antar-aliran agama dan politik, yang mencengkeram sebagian besar wilayah Irak, tapi dalam beberapa bulan belakangan, hubungan dengan masyarakat Sunni di dekat tempat desa mereka memburuk secara cepat. Pada 7 April, sejumlah pria Yazidi melempari Doaa Khalil Aswad, gadis berusia 17 tahun dari kalangan mereka --yang melanggar nilai lama setempat, karena melarikan diri untuk menikah dengan seorang pria Muslim-- dengan batu hingga tewas. Pembunuhan tersebut direkam melalui telefon genggam dan disebarkan secara luas dan pengikut garis keras Sunni segera melancarkan tindakan, yang mereka gambarkan sebagai serangan balasan, tapi yang menyerupai pembunuhan oleh gerilyawan di tempat lain di Irak.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007