Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, memperkirakan harga minyak goreng pekan depan akan mulai turun seiring membanjirnya pasokan ke Jakarta. "Minggu depan harga minyak goreng akan turun karena suplai membludak," katanya usai mengikuti rapat ketersediaan bahan pokok selama bulan puasa dan lebaran di Departemen Perdagangan, Jakarta, Kamis. Selama sepekan kemarin, harga rata-rata minyak goreng nasional mengalami kenaikan hingga melampaui Rp9.000 per kg. Menurut dia, hal itu terjadi karena terjadi hambatan transportasi laut menuju Jakarta. "Per awal Agustus memang harga minyak goreng di Jakarta memang lebih tinggi dari harga internasional karena ada hambatan pasokan pada 3-4 hari yang lalu," jelasnya. Sahat memaparkan, antara 1-12 agustus pasokan ke Jawa dan Bali baru mencapai 95ribu ton, sementara biasanya sudah 125ribu ton. Total pasokan minyak goreng ke wilayah yang menjadi acuan harga minyak goreng itu ke daerah itu biasanya 300 ribu ton per bulan. "Untuk mengkompensasinya, pasokan dari Sumatera sudah membanjiri Jakarta," tambahnya. Sahat menjelaskan harga minyak goreng akan turun ke sekitar Rp8.500 per kg karena harga dari pabrik sudah sekitar Rp7.600-Rp 7.900 per kg. "Penurunan harga ini karena pasokannya sudah berdatangan dari Sumatera. Moga-moga ombak tidak besar lagi sehingga mereka bisa suplai," tambahnya. Sahat menilai harga minyak goreng di Pulau Jawa memang terlalu mudah terpengaruh spekulasi pedagang. "Yang terjadi ini sebenarnya permainan pialang. Sekarang di Medan dijual Rp7.300 per kg dari pabrik. Di Jakarta dijual Rp8.200. Kenapa? Karena suplainya terhambat jadi pedagangnya bermain," paparnya. Harga minyak goreng di pasar dunia saat ini, lanjut Sahat, hanya 740 dolar AS per ton dan diperkirakan sekitar Rp7.000 di Indonesia. "Jadi di Jawa ini memang terlalu spekulatif, karena terlambat sedikit berulah. Begitu minyak masuk minggu depan, harganya akan langsung terjun bebas," ujarnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007