Ternate (ANTARA News) - Penolakan China terhadap ekspor komoditi perikanan Indonesia karena diduga mengandung bakteri, sejauh ini belum mempengaruhi permintaan ikan dari sejumlah daerah di Indonesia atas produk perikanan Maluku Utara (Malut). Seorang pengusaha pengumpul hasil laut di Malut, Jery di Ternate, Jumat mengatakan, permintaan para eksportir ikan dari sejumlah daerah, seperti dari Bitung dan Surabaya terhadap komoditi perikanan Malut tetap tinggi, tidak terpengaruh penolakan China atas komoditi perikanan Indonesia. Bahkan para pengusaha pengumpul ikan di Malut kewalahan memenuhi permintaan dari para eksportir tersebut, terutama untuk jenis ikan yang banyak diminati di pasaran ekspor, seperti tuna, cakalang, kerapu, kakap, ekor kuning, sirip hiu dan teripang. "Harganya pun tidak turun. Mereka (para eksportir) tetap membeli komoditi perikanan yang kami kirim dari Malut dengan harga yang layak," kata pengusaha yang setiap bulan mengirim sedikitnya 10 ton ikan kepada eksportir di Bitung dan Surabaya itu. Pengusaha itu enggan menyebut harga pembelian ikan dari para eksportir di Bitung dan Surabaya. Dia hanya menyebut harga pembelian di Malut yakni untuk tuna Rp5.000 per kg, sedangkan sirip ikan hiu dan teripang susu masing-masing Rp1,150 juta per kg dan Rp300.000 per kg. Menurut Jery, tak terpengaruhnya permintaan komoditi perikanan Malut oleh para eksportir tersebut, meski ada penolakan China terhadap komoditi perikanan Indonesia, karena para eksportir memiliki jaringan pasar ke banyak negara, seperti ke Jepang, Taiwan dan Korea. Negara-negara tersebut juga merupakan pengimpor ikan terbesar, oleh karena itu, walaupun China seterusnya menolak komoditi perikanan dari Indonesia, tidak akan sampai mematikan ekspor komoditi periknan di Indonesia, terutama di Malut. "Saya menduga, alasan China menolak ekspor komoditi perikanan Indonesia karena ada kandungan bakterinya, itu hanyalah dibuat-buat. Penolakan itu pasti terkait dengan kasus penolakan Indonesia atas produk permen dan pasta gigi dari negara itu," katanya. Komoditi perikanan Malut selama ini banyak diekspor melalui jasa eksportir daerah lain, seperti di Bitung dan Surabaya, karena para eksportir perikanan masih mengalami kendala sarana dan prasarana jika mengekspornya langsung dari Malut.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007