Harare (ANTARA News) - Pemimpin oposisi utama Zimbabwe pada Sabtu menolak keputusan mahkamah konstitusi, yang memastikan Presiden Emmerson Mnangagwa sebagai pemenang dalam pemungutan suara 30 Juli.

Nelson Chamisa, pemimpin oposisi itu, mengatakan mempunyai klaim sah untuk memimpin negara tersebut.

Mahkamah Konstitusi menolak tantangan Chamisa pada Jumat dengan menyatakan ia gagal membuktikan tuduhannya mengenai kecurangan dalam pemilihan presiden tersebut.

"Saya dengan rasa hormat tidak setuju dan menolak sikap Mahkamah Konstitusi," kata Chamisa kepada wartawan di Harare, sebagaimana dilaporkan Reuters.

"Saya punya klaim sah bahwa saya seharusnya memimpin Zimbabwe," kata dia, dengan menambahkan dirinya tak akan menghadiri pelantikan Mnangagwa pada Ahad.

Pemilihan bulan lalu, yang pertama sejak Robert Mugabe dilengserkan sebagai presiden dalam kudeta November, diharapkan menarik Zimbabwe ke luar dari isolasi diplomatiknya,dan  mengakhiri sanksi-sanksi internasional dan mendorong pemulihan ekonomi.

Tetapi, pemilihan umum itu membuat negara tersebut terpolarisasi, dengan kekerasan terjadi di jalan-jalan Harare, dan Chamisa --yang memimpin Gerakan bagi Perubahan Demokratik (MDC)-- meningkatkan tantangan hukumnya.

Saat menanggapi komentar Twitter Mnangagwa bahwa pintu dan tangannya terbuka bagi Chamisa, pemimpin oposisi berusia 40 tahun tersebut mengatakan perundingan dengan partai berkuasa hanya dapat dilakukan untuk menyelesaikan legitimasi presiden dan "lingkaran setan dari pemilihan yang diperselisihkan".

Chamisa juga mengulangi pernyataannya bahwa unjuk rasa damai di jalan raya akan menjadi pilihan oposisi untuk "melindungi kemenangan rakyat".

Editor: Mohamad Antoni / Boyke S. 

Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2018