Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia kembali mengirimkan spesimen virus H5N1 ke laboratorium pusat kolaborasi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), demikian menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan, Lily S Sulistyowati, di Jakarta, Senin. Menurut Lily, spesimen virus influenza tipe A subtipe H5N1 itu telah dikirim ke pusat kolaborasi WHO Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta, Amerika Serikat, pada Kamis (16/8). Ia menjelaskan dalam hal ini pengiriman spesimen dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Departemen Kesehatan melalui Unit Riset Kesehatan Angkatan Laut Amerika Serikat (Naval Medical Research Unit-2/NAMRU-2) yang berkantor di Jalan Percetakan Negara, Jakarta. Spesimen yang dikirimkan berupa spesimen usap tenggorok dan usap hidung dari kasus positif flu burung atas nama NLPS (perempuan, 29 tahun), warga Kabupaten Jembrana, Bali, dan pasien terduga flu burung asal Bali berinisial NKP, umur dua tahun sembilan bulan, yang menurut hasil uji laboratorium terbukti negatif H5N1. Pemeriksaan laboratorium CDC Atlanta terhadap spesimen kedua kasus telah selesai dan memberikan hasil yang sama dengan hasil pemeriksaan dua laboratorium rujukan di Indonesia, yaitu laboratorium Balitbangkes dan Lembaga Biologi Molekular Eijkman. Sementara pemeriksaan lengkap terhadap rangkaian Ribonucleic Acid (RNA) virus dari spesimen tersebut diperkirakan baru selesai dalam waktu dua pekan hingga tiga pekan mendatang, kata Kepala Pusat Penelitan dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Balitbangkes Departemen Kesehatan, Dr. Endang Tri Sedyaningsih. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa pengiriman spesimen itu dimaksudkan untuk membuktikan bahwa mutasi memang tidak terjadi dan menyampaikan kepada masyarakat dunia bahwa Bali tetap cukup aman untuk dikunjungi. Secara terpisah Kepala Balitbangkes Departemen Kesehatan, Triono Sundoro, menjelaskan sebelum spesimen virus kasus flu burung di Bali, pemerintah juga rutin mengirimkan sampel virus flu burung Indonesia ke laboratorium kolaborasi WHO. "Ini untuk kasus yang di Bali. Sebelumnya kita juga sudah selalu kirim ke WHO," katanya. Indonesia sendiri, menurut Lily, sebenarnya masih menunggu mekanisme pengaturan pertukaran spesimen virus baru WHO yang hingga kini masih disusun dan berharap WHO segera menyelesaikan mekanisme pertukaran virus bagi seluruh negara di dunia, guna memastikan adanya pertukaran yang transparan serta pemanfaatan yang adil. (*)

Copyright © ANTARA 2007