Jakarta (ANTARA News) - Bersama warga, relawan dari Yayasan Palawa Indonesia (YPI) dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) memasang pipa sepanjang 1,2 kilometer untuk menyalurkan air dari sumber di kaki Gunung Rinjani ke permukiman warga di Dusun Senaru, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

"Kami bersama warga membutuhkan waktu dua hari memasang pipa dari sumber air yang berada di jalur pendakian ke Gunung Rinjani di Senaru," kata Alif Sutamanggala, relawan YPI yang juga anggota Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam (PMPA) Palawa Universitas Padjadjaran, kepada Antara, Kamis malam.
     
Sebelum memasang pipa air, relawan bersama warga harus mengecek sumber air yang berada sekitar dua kilometer dari pintu gerbang pendakian Gunung Rinjani.

Saat dicek kondisi sumber air masih bagus dan bisa menjadi sumber alternatif setelah sumber utama yang ada di dekat tebing tertimbun longsoran tanah akibat gempa.

"Secara keseluruhan jaraknya sekitar dua kilometer dari sumber air menuju desa terdekat. Tapi kami mengambil dari tengah-tengahnya, 1,2 kilometer," Alif menjelaskan.
      
Sumber air itu selama ini tidak digunakan, sehingga warga yang sedang menghadapi banyak kesusahan akibat gempa tidak terpikir untuk memanfaatkannya.

"Setelah dicek kondisinya, setidaknya bisa 30 persen memenuhi kebutuhan Dusun Senaru, minimal untuk air minum," katanya.

Usai pengecekan sumber, para relawan bersama warga memasang pipa-pipa penyalur melewati medan yang cukup berat agar air dari sumber alternatif itu bisa mengalir ke permukiman warga.

"Air yang diambil dari sumbernya ditampung di kampung adat di pintu gerbang pendakian Senaru, rencananya nanti akan disambung lagi ke masjid," kata Alif.

Setelah gempa, warga Dusun Senaru memang kesulitan mendapatkan air. Guna memenuhi kebutuhan air sehari-hari, mereka hanya mengandalkan bantuan air dari PDAM atau membeli dengan harga Rp100 ribu per tangki bagi yang memiliki uang.

 "Setidaknya upaya kami bersama warga terbayar sudah, persoalan air bisa diatasi meski tidak maksimal," demikian Alif Sutamanggala.
 

Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018