Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan dampak gejolak global yang terjadi akhir-akhir ini masih dalam batas terkendali sehingga tidak akan banyak pengaruh buruknya kepada perekonomian Indonesia. "Dengan terjadinya gejolak perekonomian global dalam 3 minggu terakhir ini juga akan memberikan dampak pada perekonomian Indonesia dan diperkirakan hanya secara cukup terbatas dan terkelola," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menkeu menyatakan hal itu ketika menyampaikan jawaban pemerintah terhadap pemandangan umum DPR-RI tentang Nota Keuangan dan RAPBN tahun anggaran 2008 dalam rapat paripurna DPR yang dipimpin Wakil Ketua DPR, Soetardjo Soerjogoeritno di Jakarta, Kamis. Pemerintah memperkirakan kondisi perekonomian global masih akan cukup baik meskipun resiko terjadinya pelemahan pertumbuhan ekonomi global cenderung menguat, dengan terjadinya krisis keuangan di negara-negara maju mulai akhir Juli lalu. Menurut Menkeu, pemerintah memang melihat adanya resiko dalam pencapaian proyeksi pertumbuhan ekonomi 2008 sebesar 6,8 persen. Namun sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak didukung oleh faktor domestik yaitu konsumsi yang memiliki kontribusi 65 persen dalam PDB, dan investasi yang masih dalam momentum pemulihan dan meningkat. Peningkatan konsumsi pada 2008 diperkirakan berasal dari peningkatan daya beli masyarakat, terkait dengan kenaikan gaji pokok pegawai negeri, upah minimum propinsi, dan pendapatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri, serta bantuan sosial untuk mendukung daya beli masyarakat. Selain itu penurunan suku bunga di dalam negeri, terjaganya tingkat inflasi dan peningkatan fungsi intermediasi perbankan juga akan mendorong pertumbuhan konsumsi. "Kegiatan investasi pada 2008 diperkirakan akan mencapai Rp1.296,1 triliun mengalami peningkatan seiring dengan berbagai upaya yang terus dilakukan pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi," katanya. Pertumbuhan investasi itu didasarkan pada proyeksi perkembangan sumber-sumber investasi seperti belanja modal pemerintah, BUMN, proyek infrastruktur, laba ditahan sektor swasta, kredit perbankan, pasar modal, dan arus modal asing dalam bentuk foreign direct investment. Sedangkan faktor ekspor Indonesia yang lebih banyak ditujukan pada kawasan asia (Cina, India, Korsel, Jepang, dan ASEAN), diperkirakan perekonomian kawasan tersebut masih tumbuh pesat pada 2008. "Optimisme tetap kuatnya kinerja ekspor juga didukung oleh tetap tingginya harga komoditas, pebaikan daya saing produk Indonesia, dan upaya untuk terus melakukan diversifikasi pasar dan komoditas ekspor," kata Sri Mulyani.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007