Jakarta (ANTARA News) - Nimatul Fauziah tak pernah menyangka dirinya bisa menjadi atlet pelatnas untuk cabang olahraga lawn bowls Asian Para Games 2018.

Pasalnya dara berusia 20 tahun itu sebelumnya tidak pernah bermain apalagi mengenal cabang olahraga permainan yang juga disebut bowling lapangan itu.

"Yang mengenalkan pertama lawn bowls ya pelatih dari NPC," kata Nimatul ketika ditemui di sela-sela latihan di Lapangan Hoki Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa.

Komite Paralimpik Nasional (NPC) waktu itu membuka seleksi untuk atlet lawn bowls Asian Para Games pada Oktober 2017.

Setelah lolos proses seleksi dari NPC kabupaten dan pusat, praktis Nimatul mulai berlatih di pelatnas mulai Maret tahun ini.

Perempuan asal Temanggung, Jawa Tengah itu ketika masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar divonis terkena glukoma yang menyebabkan penglihatannya kabur.

"Waktu itu penglihatan masih remang-remang hingga SMP Kelas I dioperasi," ingat Nimatul.

Walaupun telah menjalani operasi untuk menyelematkan penglihatannya, Nimatul harus menghadapi kenyataan bahwa dia harus mengalami kebutaan total di usia yang sangat muda.

Ketika bergabung di pelatnas lawn bowls di Solo waktu itu, Nimatul dipasangkan dengan Dinar Shafa, yang menjadi pemandu atau pembisik di lapangan.

Dinar seolah menjadi "mata" bagi Nikmatul ketika mereka turun di green bermain lawn bowls.
 
Atlet nasional lawn bowls tuna netra Nimatul Fauziah (kiri) berlatih bersama pendampingnya, Dinar Shafa (kanan), dalam sesi latihan di Lapangan Hoki Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (18/9). (Antaranews/Aditya E.S. Wicaksono)


Olahraga lawn bowls sejatinya mirip dengan bowling.  Bedanya, di lawn bowls, atlet melempar bola yang disebut "wood", yang memiliki bias atau berat sebelah sehingga bisa menggelinding dengan arah melengkung.

Lawn bowls pun dilakukan di lapangan rumput yang disebut green, bisa juga di lapangan berumput sintetis atau karpet, berukuran 40 x 40 meter.

Lapangan dibagi menjadi enam zona (rink), biasanya berukuran lebar 5 meter dan panjang 40 meter, untuk menggelar enam permainan sekaligus.

Tim yang bertanding berusaha mendapatkan poin terbanyak dengan mendaratkan wood sedekat mungkin dengan bola target yang bernama jack di dalam rink.

Jika dilihat sekilas, bermain lawn bowls itu gampang-gampang susah.

Selain membutuhkan kecakapan melempar, lawn bowls juga melibatkan rasa, ungkap Nikmatul. "Pas lempar bola kalo bener seneng, kalo keluar ya ngga senang, jadi sangat mengandalkan panduan dari 'guide'."

Faktor konsentrasi juga menjadi kunci karena olahraga permainan tersebut dilakukan di luar lapangan.

"Cuaca bisa mempengaruhi konsentrasi atlet, harus pintar-pintar mengatur emosi, jangan sampai baper (terbawa perasaan) duluan," kata Dinar.

Adalah suatu kesatuan yang unik ketika ketrampilan melempar bola yang dimiliki oleh Nimatul memerlukan panduan dan analisa kondisi lapangan yang cermat dari Dinar.

Tugas Dinar sebagai pembisik sangat lah krusial untuk menentukan arah permainan.

"Dengan berbisik biar lawan tidak tahu dan jangan sampai ada penekanan suara atau membuat dia kaget soalnya bisa membuat 'down'," kata perempuan asal Magelang, Jawa Tengah itu.

"Misal jarak jack pada 23 meter, kami ambil keputusan backhand, Dinar harus mencari bias yang tepat dengan jarak 23 meter," ungkap Dinar.

Keduanya sudah menemukan kecocokan di lapangan walaupun belum genap satu tahun menjadi mitra lapangan.

Bahkan ketika melakukan tryout ke Malaysia pada bulan Juli lalu, Nimatul yang dibantu oleh Dinar memboyong medali perak dari kejuaraan lawn bowls yang digelar di negeri seberang itu.

"Alhamdulillah, sama sekali nggak nyangka," kata Nimatul.

Benar-benar tak disangka karena ketika melakukan latihan di awal-awal pelatnas, mereka menggunakan sarana dan prasarana yang kurang memadai, dan bisa dibilang seadanya.

"Iya, berlatih di lapangan sepak bola waktu pelatnas di Solo," ingat Nimatul.

Ketika berlatih di lapangan sepak bola, laju bola lawn bowls pun bisa tak menentu karena permukaan lapangan yang tidak rata.

Belum lagi bola yang dipakai latihan adalah bola lawn bowls yang dirakit sendiri, bukan bola standard internasional.

"Waktu itu kami memakai bola yang dimodifikasi, bola plastik yang sering dipakai di permainan mandi bola itu diisi dengan pasir," kata Nimatul.

Para pelatih pelatnas harus mendatangkan bola lawn bowls dari Malaysia karena belum ada yang menjual di dalam negeri. Itu juga jumlahnya terbatas pada awalnya sehingga para atlet harus bergantian menggunakannya.
 
Bola yang dipakai di olahraga lawn bowls terdiri dari "woods" (biasanya berwarna) dan "jack" (warna putih) (Aditya E.S. Wicaksono)


Indonesia memang masih belum terlalu awam dengan lawn bowls. Jika di Korea dan Malaysia, hampir setiap distrik di sana mempunyai lapangan lawn bowl, Indonesia belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai seperti di luar negeri.

Pelatih timnas lawn bowls Indonesia untuk Asian Para Games 2018 Islahuzzaman mengungkapkan jika permainan lawn bowls bisa dibilang sebagai olahraga rekreasi karena tidak mengenal batasan usia. Bahkan kebanyakan penikmat lawn bowls berusia 45 tahun ke atas.

Pada pesta olahraga difabel terbesar di Asia nanti, Indonesia menyiapkan sebanyak 18 atlet untuk pertandingan cabang olahraga lawn bowls Asian Para Games 2018.

Kalau dibandingkan dengan kontestan negara lain, kontingen Indonesia bisa dibilang paling muda.

Terdapat sembilan atlet putri dan sembilan atlet putra yang disiapkan untuk cabang olahraga lawn bowls Asian Para Games.

Mereka terdiri dari lima atlet di kelas kursi roda, enam atlet dengan penglihatan rendah (low vision), dua atlet di kelas buta total, dua atlet difable di kelas cacat tangan dan tiga atlet difable di kelas cacat kaki.

"Kami belum menargetkan medali, tapi melihat regulasi nanti, kami yakin bisa tampil maksimal," kata Islahuzzaman.
Sejumlah atlet lawn bowls Indonesia berlatih di lapangan Hoki Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Selasa (18/9), sebagai persiapan untuk berlaga di Asian Para Games 2018. (Aditya E.S. Wicaksono)


Asian Para Games 2018 nanti akan menjadi multievent internasional pertama bagi Nimatul dan Dinar.

"Kata pelatih, tugas atlet itu ada tiga; latihan, istirahat, dan makan. Sebisa mungkin memaksimalkan ketiganya," kata Nimatul.

Sang pelatih pun berharap anak asuhannya bisa bermain lepas tanpa beban karena di lawn bowls "sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin," demikian juga sebaliknya.

Baca juga: Persiapan Asian Para Games capai 95 persen
Baca juga: Mensos: Indonesia targetkan tujuh besar prestasi APG
Baca juga: Obor Asian Para Games 2018 singgahi Pontianak

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018