Cianjur (ANTARA News) - Sejumlah warga di sekitar Kaki Gunung Gede Cianjur Jabar terpaksa mengantre air di satu sumur milik warga yang masih menyimpan air guna keperluan sehari-hari, menyusul musim kemarau yang melanda daerah itu sejak beberapa bulan terakhir. Wartawan ANTARA News yang mengunjungi sejumlah tempat di kaki Gunung Gede berhawa sejuk itu melaporkan, Selasa, sebagian warga di sana antre untuk mendapatkan air. Bahkan warga di kawasan Puncak Cipanas terpaksa membeli air ke daerah lain untuk kebutuhan sehari-hari. Ratusan warga di kaki gunung yang selama ini belum pernah kekurangan air bersih itu saat ini terpaksa melakukan hal yang sama dengan warga yang tinggal di perkotaan. Di kawasan Puncak, Cipanas, warga terpaksa menampung air resapan yang keluar dari tebing cadas untuk keperluan sehari-hari, mulai dari mencuci, hingga menyiram tanaman. "Sejak saya lahir hingga punya cucu, baru kali ini kami merasakan kemarau yang sangat berat. Orang gunung sekarang, layaknya orang kota, membeli air atau berjalan kaki beberapa kilometer baru mendapat air," kata Uki (54), tokoh masyarakat Kampung Panagan Desa Ciputri Kecamatan Pacet yang terletak persis di bawah kaki Gunung Gede. Kesulitan air bersih juga terjadi di enam kecamatan yang ada di Cianjur bagian selatan. Ribuan warga di daerah itu terpaksa berjalan beberapa kilometer untuk mendapatkan air dari sungai yang juga sudah mulai mengering. Sedangkan di Cianjur bagian utara warga terpaksa mencari sumber air alternatif termasuk menggali bebatuan cadas di pinggir kaki gunung gede yang mungkin masih menyimpan air. "Kalau untuk minum dan masak, kami harus berjalan sejauh 5 kilometer kearah tebing cadas di pinggir kampung. Sementara untuk mencuci dan menyiram tanaman palawija, kami pergunakan air sungai yang juga sudah mulai kering, " kata Rusdi (35), warga Kecamatan Mande. Sementara itu, warga di Kampung Gang Nawawi yang terletak bersebelahan dengan Kampung Panagan bagian bawah hanya mengandalkan satu sumur resapan yang selama ini tidak pernah kering karena bak penampungan yang ada tidak lagi menyimpan air. Cecep (48), pemilik sumur "berkah" itu menuturkan, selain diambil warga sekitar, air sumur miliknya dialirkan ke beberapa restoran dan rumah makan yang terletak di Jalan Raya Pasekon. "Hanya sumur ini yang tidak pernah kering, meskipun kemarau panjang seperti sempat terjadi beberapa tahun lalu. Ini sebuah berkah untuk warga, bahkan pengusaha rumah makan dan hotel merasakannya," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007