Jakarta (ANTARA News) – Orangtua kerap mengabaikan gaya memberi makan kepada anak. Ternyata, hal tersebut memengaruhi kesehatan anak. 

“Kami memiliki bukti dalam literatur nutrisi masa kanak-kanak bahwa gaya memberi makanan itu dapat memengaruhi tidak hanya berat badan anak, tapi juga hubungan mereka dengan makanan dan bagaimana perilaku makan mereka,” ungkap ahli diet terdaftar dan ahli gizi anak Jill Castle, seperti dilaporkan CNN, yang dikutip Jumat.

Cara orangtua memberi makan kepada anaknya, sambung Castle, sangat tertanam dan mencerminkan pengalaman orangtua dengan makanan saat dirinya masih kecil. 

Menurut Castle yang juga pencipta Nourished Child Project, terdapat empat gaya memberi makan yang dikenal dan telah dituliskan dalam literatur sains, namun tiga di antaranya berpengaruh negatif terhadap kesehatan emosi dan fisik.

Gaya memberi makan otoriter

Orangtua bersikap otoriter atau mengendalikan. Mereka akan meminta anaknya untuk menghabiskan apa yang telah disiapkannya tanpa mempertimbangkan selera anak. 

“Orangtua yang menerapkan gaya makan lebih ketat, termasuk membatasi makanan anak, justru akhirnya menjadi bumerang,” jelas Castle. 

Faktanya, dalam sebuah studi yang melibatkan gadis-gadis muda menemukan bahwa mereka yang memiliki ibu yang kerap membatasi makanan justru menjadikan anak-anaknya makan di kala mereka tidak lapar. Akibatnya, kebiasaan itu menjadikan anak mengalami kenaikan berat badan.

Gaya memberi makan permisif atau “memanjakan”

Orangtua yang bersikap longgar terhadap apa yang dimakan anak. 

“Orangtua agak ragu untuk mengatakan ‘tidak’ kepada anak-anaknya terhadap makanan di sekitarnya. Mereka hanya sedikit mengontrol terhadap makanan,” imbuh Castle. 

Ia mengingatkan justru anak mengalami kesulitan dalam mengatur makanan yang tidak sehat dan anak berisiko mengalami kenaikan berat badan. 

Baca juga: Anak ogah makan? Begini saran psikolog
 

Gaya memberi makan lalai atau “tidak terlibat”

Orangtua tidak memprioritas makanan, berbelanja makan, dan ini menyebabkan rasa tidak aman bagi anak. 

“Ketika seorang anak tidak yakin kapan makan akan disajikan atau tidak bisa mendapatkan cukup makana atau jenis makanan, mereka dapat menjadi agak fokus pada makana dan menunjukkan perilaku yang menyebabkan makan berlebihan,” terang Castle. 

Gaya berwibawa: “Cinta dengan batas”

Gaya ini merupakan gaya memberi makan kepada anak yang terbaik. Menurut Castle, orangtua memberikan tawaran makan yang terbatas dan tertata, namun masih mempertimbangkan perasaan dan kesukaan anak. Misalnya saja, apakah anak ingin kacang hijau atau brokoli untuk makan malam? 

“Orangtua masih mengendalikan terhadap pilihan makanan, jadi pilihan makanan itu masuk akal,” ujar Castle.

Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018