Baghdad (ANTARA News) - Constantine Rodriguez baru saja mengenggam cabe dan akan mengambil bawang bombay saat dia mendengar sirene serangan roket. Hal terakhir yang dia ingat adalah pintu yang hancur mengangga dan ledakan keras, kemudian saat sadar telah kehilangan satu kaki dan satu matanya. Ledakan terjadi saat pria pendiam asal Goa itu sedang bekerja di restoran Pizza Hut di Taji, salah satu pangkalan udara utama Ameria Serikat (AS) di Irak. "Dia beruntung masih hidup," kata Letkol Matthew Martin, perwira bedah yang merawat Rodriguez awal bulan ini di Rumah Sakit Satuan Bantuan Tempur ke-28, di Baghdad. Pecahan bom merengut satu mata Rodriguez, melumatkan satu kakinya dan merusak batang tubuhnya. Dia kehilangan banyak darah tapi para dokter bedah berhasil menyelamatkannya. Saat dia memulihkan diri di rumah sakit, yang ada di pikirannya hanyalah istri yang baru dinikahi di India dan anak berumur 7, 5 bulan yang belum sempat dia temui. "Tidak ada yang saya salahkan. Hanya tolong hidupi saya dan keluarga. Cuma ada satu kaki, satu mata. Sekarang saya bisa kerja apa buat menghidupi keluarga?" Perusahaan asal Kuwait yang mempekerjakan Rodriguez, Al Homaizi, menjalankan 11 restoran Pizza Hut, 13 restoran Burger King dan lima restoran Taco Bell di pangkalan-pangkalan AS di Irak, kata Joe Petrusich, pengelola restoran-restoran tersebut di Irak. Perusahaan itu mempekerjakan 300 karyawan yang direkrut di Kuwait, dan hampir semuanya berasal dari negara-negara miskin di Asia : India, Bangladesh, Sri Lanka, Nepal dan Filipina. Mereka hanyalah sebagian kecil dari "tentara" di balik tentara. Puluhan ribu TCNs (warga negara bukan Irak maupun AS) dipekerjakan untuk menyiapkan makan bagi pasukan AS termasuk mencuci baju mereka, membangun markas, hingga membersihkan WC. Militer AS mengemukakan pengalihdayaan seperti memasak dan mencuci membuat tentara mereka dalam suasana yang lebih enak dan lebih hemat biaya. Di negara-negara miskin, membiarkan warga mereka bekerja di Irak telah menjadi kontroversi dan sering menjadi isu sensitif dalam politik. India sejak 2004 minta warganya tidak bekerja di Irak, setelah terjadi penculikan terhadap tiga pekerja India. Namun, tidak banyak yang bisa diperbuat suatu negara terhadap warganya yang pergi demi upah yang jauh lebih baik dibanding di negeri sendiri. Filipina kini memberi stempel di paspor-paspor baru dengan tulisan paspor itu tidak sah untuk digunakan bepergian ke Irak. Petrusich mengemukakan perusahaannya masih mempekerjakan warga Filipina di Irak yang memegang paspor lama tanpa stempel tersebut. Al Homaizi adalah pewaralaba Pizza Hut di Kuwait dan memiliki 45 restoran di negara kaya minyak itu. Hampir semua pekerjanya berasal dari negara miskin di Asia. Perusahaan itu menawarkan gaji dua kali lipat bagi karyawan yang mau bekerja di restoran mereka di Irak. Gaji itu berarti setara 450 dolar AS (sekitar Rp4 juta) bagi Rodriguez dan berarti cukup untuk menikahi seorang gadis sekaligus mulai berkeluarga di India. Pendapatan perkapita di Goa sekitar 1.100 dolar per tahun. Petrusich mengatakan biaya perawatan Rodriguez akan ditanggung sepenuhnya di Kuwait, termasuk fisioterapi dan kaki buatan serta pesangon dengan total 18,333 dinar Kuwait, atau sekitar Rp450 juta jika ternyata dia menderita cacat permanen, demikian laporan Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007