Palu, Sulawesi Tengah (ANTARA News) - Aparat Tentara Nasional Indonesia dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membersihkan wilayah Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, yang terdampak likuifaksi akibat gempa pada 28 September.

"Area yang dibersihkan seluas 48 hektare," kata penanggungjawab kegiatan pembersihan Letkol Czi Pabate kepada wartawan, Selasa.

"Pekerjaan sudah dimulai tiga hari lalu, dan ditargetkan selesai empat hari ke depan," Komandan Batalyon Zipur 17 itu menambahkan.

Pembersihan daerah terdampak likuifaksi ditujukan untuk mengikis rasa takut dan trauma masyarakat yang pada 28 September menghadapi gempa, likuifaksi dan tsunami.

Menurut Pabate separuh pekerjaan pembersihan sudah selesai, namun masih ada area seluas delapan sampai sembilan hektare yang tidak bisa dijangkau dengan alat berat karena kondisi tanahnya labil.

"Jika dipaksakan akan bermasalah dengan alat berat yang digunakan," katanya.

Ia mengatakan sebelumnya dua kali ekskavator terperosok karena kondisi tanah yang labil, karenanya para operator harus berusaha memastikan area yang akan dibersihkan aman sebelum bekerja.

Pabate menjelaskan pula bahwa ada 23 alat berat berupa buldoser dan ekskavator milik TNI dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang dikerahkan untuk mendukung pembersihan area terdampak likuifaksi.

"Alat beratnya sudah cukup, hanya tinggal merencanakan untuk mengefektifkan penggunaan alat," kata Pabate.

Ia menjelaskan selanjutnya rumah-rumah rusak yang sudah tidak bisa ditempati di sekitar daerah terdampak likuifaksi akan dirobohkan dan material yang masih bisa diselamatkan akan diserahkan kepada warga yang membutuhkan.

Sebagian warga ikut membantu membersihkan area Balaroa, termasuk Rizal, yang mengatakan bahwa aparat TNI sudah bekerja keras membersihkan area tersebut.

"Mungkin mereka tidak istirahat, karena alat berat itu terus bekerja sehari penuh," katanya sambil membersihkan lingkungan di sekitar rumahnya.

Baca juga:
BNPB jatuhkan bom air di wilayah terdampak likuifaksi
Berjuang hidup di tengah kepungan reruntuhan Balaroa

 

Pewarta: Fauzi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018