Jambi (ANTARA News) - Setidaknya 237 anak usia sekolah anak Orang Rimba atau dikenal suku "Kubu" yang hidup di Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), Kab. Sarolangun, Jambi, kini sudah memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. "Perjuangan untuk memfasilitasi anak-anak Rimba untuk bisa membaca, menulis, dan berhitung itu tidak mudah, butuh waktu hampir 10 tahun," ungkap Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi, Rahmat Hidayat di Jambi, Rabu. Kepedulian KKI Warsi selain untuk menyelematkan hutan yang tersisa akibat penebangan liar, terutama di TNBD seluas 60.000 Ha yang menjadi habitat Orang Rimba ratusan tahun lalu juga mendidik anak-anak rimba bisa membaca, menulis, dan berhitung. Warsi menjadi salah satu agendanya dibidang pendidikan anak orang rimba itu, sebab selama ini masyarakat adat yang mempertahankan kearifan tradisional sering ditakut-takuti oknum orang luar dengan membawa surat untuk menebang kayu. "Padahal surat itu hanya sekedar untuk menakut-nakuti mereka. Apalagi jika para oknum tersebut menyebut surat sakti itu adalah surat Rajo (Pejabat), maka orang rimba tidak bisa berbuat atau melarang penebangan," ungkapnya. Orang Rimba yang tunduk dan patuh terhadap adat istiadat, bahkan menghargai orang-orang luar terutama pejabat agaknya selama ini dimanfaatkan para cukong menebang kayu, akibatnya hutan adat di Jambi, termasuk hutan produksi dan taman nasional mengalami kerusakan parah. Rahmat menambahkan, kemampuan anak-anak rimba tidak lepas dari peran KKI Warsi sejak tahun 1998 lalu merintis pendidikan bagi mereka. Malalui fasilitator pendidikan Yusack Adrian Hutapea, pendidikan alternatif ditawarkan kepada Orang Rimba. Pendidikan yang diberikan adalah baca, tulis dan hitung. Pilihan ini diambil berdasarkan kebutuhan Orang Rimba. Sebab selama ini mereka ditipu karena tidak bisa membaca atau menghitung dengan baik, ini yang menjadi salah satu alasan pentingnya memberikan pendidikan bagi Orang Rimba, selain itu tentu saja memberantas buta aksara, karena Orang Rimba juga warga negara yang berhak mendapat pendidikan, cuma saja selama ini mereka belum tersentuh pendidikan formal yang diberikan pemerintah. Hingga kini tercacat 226 orang yang telah mengikuti program pendidikan (27 orang perempuan dan 199 laki-laki). Dengan 44 kader-kader guru Orang Rimba.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007