Jakarta (ANTARA News) – Seni kriya kinetik ini masih terdengar baru di telinga awam. Kendati begitu, seniman Dedi Shofiyanto justru memperkenalkan seni gerak—gabungan antara karya tiga dimensi dan mekanika—dengan mengambil rupa hewan yang ada di sekitar kita dan budaya Indonesia sejak tahun 2013.

“Saya melihat bahwa event-event pameran itu menampilkan karya seni statis. Kemudian, di tahun 2013, saya mencoba mengombinasikan antara seni dan teknologi agar karya itu menarik dilihat audiens,” ujarnya saat dihubungi Antara, Senin. 

Dedi mengambil tema hewan yang biasa dia jumpai saat dirinya kecil dulu, yakni kumbang wangwung. 

“Kumbang dari kayu ini tidak diam saja, tapi juga bergerak. Ada slow motion, sehingga audiens dapat menikmati gerakannya. Karya ini menggabungkan motor berupa dinamo,” imbuh alumnus ISI Yogyakarta. 

Ternyata, Dedi mengajak audiens untuk menikmati gerakan lambat dari karyanya itu berkat bantuan dinamo atau sensor, atau tuas. Atau perpaduan di antaranya. 

Menurut Dedi, seniman kriya kinetik umumnya menggunakan material besi. Namun, dirinya lebih memilih material kayu, yakni kayu jati. 

“Saya lebih menguasai kayu dibanding besi. Memang tidak presisi kalau dibandingkan besi, tapi justru adalah nilai lebihnya. Kadang terlalu simetris itu membosankan,” ungkap seniman yang tengah mengambil studi pasca sarjana di ISI. 

Untuk hasil akhirnya, Dedi bercerita bahwa dirinya tidak menggunakan pelitur karena kayu akan mudah mengelupas. 

“Kayu jati itu kan kayu berkualitas bagus dan memiliki kadar minyak. Jadi, cukup melakukan sangling atau menggosok kayu dengan daun pisang murni. Nantinya, kayu itu akan mengeluarkan minyak dengan sendirinya dan mengilat dengan sendirinya,” paparnya. 

Dedi selain membuat seri kumbang dalam karyanya, juga membuat seri angsa dan garuda. Salah satu yang menarik adalah seri garuda yang menyimpan pesan nasionalisme. 

“Garuda Pancasila yang ada di Otten Coffee itu kepala bisa menoleh ke kanan dan dapat mengepakkan saya. Judulnya “Harapan”. Masih banyak harapan di Indonesia yang belum tersampaikan. Saatnya kita fokus ke depan,” terang seniman yang akan berangkat ke Taiwan Exhibition dalam waktu dekat. 
 

Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018