Tim Amerika Serikat dari NTSB rencananya akan datang ke Indonesia. Mereka akan membawa teknisi Boeing, pabrik pesawat ini.
Jakarta (ANTARA News) - Memasuki hari kedua, pencarian oleh berbagai tim terkait masih fokus terhadap para korban dari jatuhnya pesawat tipe B737-8 Max dengan Nomor Penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang milik maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, Lion Air di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin 29 Oktober pukul 06.33 WIB.

Tidak hanya para korban sejumlah 189 jiwa yang terdiri 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak dan dua penumpang bayi serta selebihnya para kru pesawat ini, pencarian juga masih berfokus pada badan utama pesawat dan kotak hitam (black box).

Penemuan badan utama pesawat pada kedalaman perairan Karawang sekitar 30-35 meter ini dinilai penting dengan harapan di balik badan pesawat itu akan ada lebih banyak korban terjebak sehingga korban yang bisa ditemukan bisa lebih banyak lagi.

Jumlah sementara kantong jenazah yang sudah diangkut tim evakuasi dan dikirim ke Rumah Sakit Polri Sukanto di Kramatjati, Jakarta Timur hingga pukul 19.00 WIB (Selasa, 30/10) sejak hari pertama atau Senin (29/10) mencapai 31 kantong, sedangkan satu kantong lainnya berisi serpihan material.

Sampai saat ini, belum ada keterangan resmi apakah 31 kantong jenazah itu mewakili 30 korban atau tidak, sebab boleh jadi, setiap kantong adalah gabungan dari potongan tubuh para korban yang berbeda.

Oleh karena itu, sebagaimana disampaikan Kepala RS Polri Sukanto Komisaris Besar (Kombes) Polisi Musyafak tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri masih berupaya mengidentifikasi anggota tubuh yang telah dievakuasi.

Hingga Selasa sore, setidaknya sudah ada data antemortem korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang masuk di Rumah Sakit Polri di Kramat Jati Jakarta Timur itu sebanyak 185 data.

Antemortem adalah data fisik khas korban sebelum meninggal, mulai dari pakaian atau aksesoris yang terakhir kali dikenakan, barang bawaan, tanda lahir, tato, bekas luka, cacat tubuh, foto diri, berat dan tinggi badan, serta sampel DNA.

Data itu biasanya didapatkan dari keluarga, ataupun dari instansi, tempat korban pernah berhubungan semasa hidup.

Kombes Musyafak menjelaskan, selain data antemortem juga telah terperiksa data DNA yang terkumpul sekitar 70-an.

Jika pada akhirnya, terdapat keluarga keluarga korban yang tidak dapat hadir ke posko antemortem RS Polri Kramat Jati maka pihaknya akan melakukan jemput bola. Artinya, petugas akan mendatangi ke keluarga korban.

Sementara untuk proses identifikasi dengan pemeriksaan DNA, Kombes Musyafak menegaskan paling cepat pihaknya dapat memberikan hasil dalam 4-5 hari ke depan.

"Nanti setiap hari kita laksanakan rekonsiliasi, pencocokan di kamar jenazah dengan data antemortem yang kita dapatkan dan kalau ada yang cocok segera kita rilis disertai sertifikat kematian," pungkasnya.



Kotak hitam

Hal lain yang kini dicari oleh tim terkait adalah kotak hitam (black box) pesawat itu dan hingga hari kedua ini belum menemui titik terang, padahal sejauh ini Tim SAR juga telah menggunakan multibeam echo sounder sonar yang dapat menyisir adanya logam berat di bawah laut.

"Kita masih mencari khususnya badan utama pesawat dan black box. Sejak pukul 10.30 WIB telah menggunakan multibeam echo sounder sonar tetapi belum melihat sesuatu yang besar di dalam air," kata Kepala Badan SAR Nasional M. Syaugi.

Dia mengatakan alat tersebut mempunyai daya jangkau yang luas sehingga jika telah terdeteksi adanya badan pesawat maka para penyelam akan segera ke bawah.

Pada hari pertama pencarian dilakukan lima mil laut dari titik hilang, pada hari kedua pencarian diperluas lagi lima mil laut.

Dia mengatakan pencarian di hari ke dua tidak mengalami kendala, hanya saja arus laut bergerak ke arah selatan dan barat daya.

"Kami akan terus melakukan pencarian sampai malam, kalau tidak ketemu maka area pencaran akan diperluas lagi," kata dia.

Dia juga mengatakan ada kemungkinan pihaknya akan memperpanjang waktu pencarian dan evakuasi pesawat Lion Air JT 610 di perairan sekitar Pantai Tanjung Pakis, Karawang Jawa Barat.

"SOP (standar operasional) sesuai operasi pertolongan dan pencarian sesuai undang undang itu tujuh hari, ditambah tiga hari jadi 10. Setelah 10 hari kita analisis, kalau memang ada kemungkinan ya diperpanjang terus," ujarnya.

Syaugi mengungkapkan tidak ada kendala selama pencarian dan evakuasi berlangsung, tetapi hanya terkendala masalah waktu.

Sementara itu, tim Basarnas sudah menemukan titik koordinat pesawat yang membawa 189 korban jiwa tersebut terjatuh.

Bahkan, tambahnya, semasa pencarian pesawat tersebut sempat menemui endapan lumpur setinggi 30 meter, namun dikatakan oleh Syaugi hal tersebut tidak menjadi penghalang timnya dalam melakukan pencarian.

Sedangkan pencarian untuk menemukan badan utama pesawat masih terus dilakukan.

"Titik koordinat sudah, kalau `main body` belum ketemu. Jadi sekarang masih dicari dengan alat namanya multibeam echo sounder di samping penyelaman," jelas dia.

Di sisi lain, tim Basarnas kini mengonsentrasikan pencarian badan pesawat yang diduga terdapat lebih banyak lagi korban kecelakaan pesawat tersebut.

"Nanti kalau sudah ketemu kita akan update. Doakan saja," pungkasnya.



Spekulasi penyebab

Lazimnya sebuah kejadian kecelakaan trasnportasi udara di dunia, selalu saja menimbulkan spekulasi tentang penyebab mengapa sebuah kecelakaan terjadi termasuk peristiwa Lion Air JT 610 ini.

Misteri penyebab jatuhnya burung besi buatan 2018 dan baru dioperasikan sejak Agustus 2018 itu juga tak pelak jadi pembahasan di dunia penerbangan internasional.

Pakar penerbangan asal Inggris, Alastair Rosenschein, telah melihat data penerbangan Lion Air JT 610 yang terlacak lewat FlightRadar24 sebelum akhirnya jatuh. Rosenschein melihat ada perubahan drastis dari ketinggian pesawat.

"Sepertinya ada masalah pada kontrol," kata Rosenschein dalam wawancara dengan CNN International seperti dilansir CNN, Selasa (30/10).

Namun, dia menegaskan hal ini masih berupa spekulasi karena kotak hitam pesawat belum ditemukan. Dari kotak hitam tersebut, apa yang terjadi pada pesawat sebelum jatuh bisa terungkap.

Rosenschein menduga penyebab jatuhnya Lion Air JT 610 bukan cuaca maupun human error, dalam hal ini pilot. Dia menduga ada masalah mekanis pada pesawat.

"Di titik ini, semacam kegagalan mekanis adalah kemungkinan (penyebab) paling besar. Tapi ini murni masih dugaan," ucap mantan pilot British Airways ini.

Dia berbicara tentang pentingnya kotak hitam ditemukan secepatnya. Penemuan black box bisa berdampak pada pesawat Boeing 737 MAX 8 lain di dunia karena pesawat yang jatuh tersebut masih baru.

"Apa yang terjadi di sini (Lion Air JT 610) mungkin dapat mempengaruhi model pesawat terbang yang sama di negara lain," ungkap Rosenschein.

Bahkan, pihak Lion Air sebelumnya mengakui bahwa pesawat itu sempat bermasalah sebelum terbang dari Denpasar semalam sebelumnya, kemudian sudah bisa diatasi sebelum terbang dan Lion Air pun sudah menyatakan pesawat itu laik terbang.



Tawaran bantuan

Agaknya, kejadian kecelakaan pesawat yang di suatu negara, juga menimbulkan solidaritas dari bangsa lain di dunia.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia menyatakan telah menerima tawaran bantuan dari Argentina dan Amerika Serikat untuk menyelidiki jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Selain Argentina dan AS, Singapura dan Malaysia menawarkan bantuan.

"Sesuai dengan notification yang dikirimkan KNKT pada 29 Oktober 2018, saat ini KNKT mendapatkan penawaran bantuan dari beberapa pihak, termasuk Argentina JIAAC (Junta de Investigation de Accidentes de Aviation Civil), Amerika Serikat NTSB (National Transportation Safety Bureau), Singapura TSIB (Transport Safety Investigation Bureau) dan Malaysia AAIB (Air Accident Investigation Bureau)," ujar Wakil Ketua KNKT, Haryo Satmiko.

Kerajaan Arab Saudi juga menawarkan bantuan untuk KNKT. KNKT belum merinci jenis bantuan yang ditawarkan Saudi.

Investigator Kecelakaan Penerbangan KNKT Ony Soerjo Wibowo menambahkan, tim dari National Transportation Safety Bureau (NTSB) Amerika Serikat direncanakan datang pada Rabu (31/10) bersama teknisi Boeing.

"Tim Amerika Serikat dari NTSB rencananya akan datang ke Indonesia. Mereka akan membawa teknisi Boeing, pabrik pesawat ini, juga pihak-pihak terkait yang akan datang kira-kira hari Rabu," kata Ony.

Boeing merupakan perusahaan produsen pesawat Boeing 737 MAX 8 dan beregistrasi PK-LQP milik Lion Air yang mengalami kecelakaan pada Senin itu.

Tim evakuasi dari NTSB AS dan perwakilan Boeing berjumlah 10 orang akan membantu proses pencarian.

Ony menjelaskan setelah KNKT mengirimkan notifikasi atas kecelakaan penerbangan Lion Air, respons dari negara-negara terkait sangat cepat dan langsung ditanggapi, salah satunya pada bantuan hydrophone, bantuan dari Singapura, untuk mendengarkan suara di air.

"Hydrophone untuk mendengarkan suara di air, yakni underwater located beacon. Inilah yang kita cari dan yang menempel di black box. Kalau ini kedengaran, kita bisa mendapatkan suara yang paling keras dan berharap di situlah black box berada," kata dia.

Ony menambahkan bahwa meskipun seluruh negara terkait yang merespons notifikasi dari KNKT boleh datang ke Indonesia, seluruh administrasi dan ketentuan dari Kementerian Luar Negeri tetap harus dipenuhi.

Akhirnya kita berharap agar proses pencarian terhadap para korban dan kotak hitam pesawat naas itu bisa segera ditemukan sehingga proses investigasi terhadap kecelakaan ini bisa segera terungkap dan diperoleh rekomendasi strategis dan tepat sehingga kejadian serupa tidak terulang.*

Baca juga: RS dr Soekanto terima 47 kantong jenazah Lion Air JT 610

Baca juga: Keluarga Ariyanti, Susilo dan Widjaya belum lapor ke posko Lion



 


 

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018