Sydney (ANTARA News) - Indonesia menghargai undangan Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush, kepada para pemimpin Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk bertemu di Texas namun Indonesia masih akan melihat bagaimana "modalitas" dari undangan tersebut. Pandangan Indonesia itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu), Nur Hassan Wirajuda, menanggapi pertanyaan pers tentang undangan Bush kepada para pemimpin ASEAN ke Texas yang disampaikannya saat menjamu para pemimpin APEC dari kawasan Asia Tenggara bersantap siang di Hotel Intercontinental Sydney, Jumat. "Betul ada undangan. Sebetulnya Presiden Bush ingin dengan begitu membuktikan bahwa penundaan rencana pertemuan di Singapura pada bulan ini dengan para pemimpin ASEAN dalam perjalanannya menuju APEC tidak mengurangi komitmen Amerika terhadap ASEAN," katanya. Namun, Wirajuda mengatakan, undangan tersebut masih harus dibicarakan oleh antarnegara-negara anggota ASEAN, khususnya mengenai aspek modalitas dari undangan tersebut. "Dengan kata lain kita harga undangan itu, tapi kita juga akan lihat nanti bagaimana modalitasnya," kata Wirajuda, yang mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam acara bersantap siang itu, karena Kepala Negara dan Delegasi RI untuk Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC baru tiba di Sydney, Jumat malam. Ia mengatakan, rencana Bush menunjuk seorang duta besar untuk urusan ASEAN juga menandai pentingnya organisasi regional beranggotakan 10 negara itu bagi AS. Sebelumnya, Presiden Bush menawarkan diri menjadi tuan rumah penyelenggara pertemuan para pemimpin Asia Tenggara di peternakannya di Texas, Amerika menanggapi pandangan-pandangan bahwa dia tidak memberikan perhatian yang cukup kepada wilayah tersebut. Bush juga menyampaikan rencananya menunjuk seorang duta besar untuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). "Saya mengundang para pemimpin ASEAN ke Texas," katanya setelah santap siang bersama tujuh dari para pemimpin negara anggota ASEAN di sela KTT APEC Sydney. Bush selanjutnya mengatakan, dia ingin meyakinkan hubungan-hubungannya dengan negara-negara Asia Tenggara tetap berakar. Isu demokrasi, kontra-terorisme, perdagangan dan perubahan iklim termasuk di antara persoalan-persoalan yang akan dibahas pada pertemuan itu. Bush membatalkan rencana pertemuannya dengan para pemimpin ASEAN yang pernah disampaikannya pada Mei lalu ketika menerima kunjungan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Gedung Putih. Bush mengatakan, AS ingin tetap memiliki hubungan yang dekat dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang menjadi anggota ASEAN. PM Lee mendorong Presiden Bush untuk tidak hanya memperkuat hubungan negaranya dengan ASEAN tetapi juga dengan dua kekuatan kawasan, Cina dan Jepang. Perhimpunan yang didirikan di Bangkok, Thailand, pada 1967 itu beranggotakan Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam. Dari 10 negara anggotanya, Indonesia, Brunei, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam merupakan anggota ekonomi Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang kini memiliki 21 anggota. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007