Jakarta (ANTARA News) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring berpendapat calon presiden Indonesia mendatang idealnya adalah sosok baru yang usianya sekitar 50-an tahun, sementara tokoh-tokoh nasional yang telah memasuki usia 60 tahun akan sulit untuk berkiprah lagi. "Kalau kita di PKS menganalisa bahwa untuk kandidat yang sudah berusia 60 tahun sebenarnya sudah cukup berat untuk berkompetisi pada 2009," katanya menjawab pers seusai bertemu dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di Jakarta, Selasa. Apalagi, ia menambahkan, masyarakat luas juga sudah melihat kiprah dan prestasi tokoh-tokoh senior itu di panggung nasional yang ternyata tidak memberikan perubahan signifikan pada bangsa ini. Oleh karena itu PKS cenderung memilih mencalonkan kader-kader terbaik bangsa ini yang relatif masih segar. Namun demikian, kata Tifatul, keputusan resmi partainya ditentukan oleh musyawarah majelis syuro PKS yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir tahun ini. PKS sendiri sekarang masih berpegang pada putusan majelis syuro di tahun 2004 bahwa jika PKS mampu meraih suara di pemilu legislatif sebesar 20 persen maka PKS baru akan mencalonkan presiden atau wapresnya. Analisa lainnya, menurut Tifatul, kalau tokoh-tokoh muda yang usianya 50 tahun tidak ada yang kuat sementara tokoh senior yang sudah berusia 60 tahun juga tidak diminati lagi, maka Presiden Yudhoyono (pada 9 September 2007 berusia 58 tahun) akan melenggang lagi sendirian ke periode kedua kursi kepresidenannya. Mengenai nama-nama yang dianggap PKS muda usia dan punya potensi untuk berkompetisi di Pilpres 2009, Tifatul menyebutkan mereka itu diantaranya Din Syamsuddin (Ketua Umum Muhammadiyah), Jimly Asshiddiqie (Ketua MK), Yusril Ihza Mahendra (mantan Mensesneg). "Nama-nama itu saja yang baru muncul sekarang ini dan yang lain belum ada," katanya. Mengenai dukungan PKS kepada Yudhoyono, Tifatul mengatakan bahwa partainya masih akan melihat perkembangan yang terjadi sampai tahun 2008, apakah Yudhoyono sukses mendongkrak popularitasnya dengan memperbaiki kehidupan rakyatnya atau tidak. "Sekarang ini survei terhadap popularitas Yudhoyono sudah jauh merosot jika dibandingkan dengan saat pilpres dulu. Kalau dulu popularitasnya 63 persen saat terpilih sebagai presiden, sekarang ini hanya sekitar 32 persen saja. Jadi ini tergantung pada bagaimana upaya mendongkrak popularitasnya, bisa turun dan juga naik," katanya. Jika Yudhoyono dalam kurun waktu satu tahun terakhir ternyata tidak mampu mendongkrak ekonomi rakyat, mencegah kelangkaan minyak tanah, minyak goreng atau kenaikkan harga BBM lagi, maka popularitasnya bisa dipastikan semakin merosot. Karena itu, Tifatul berpendapat, yang perlu dilakukan pemerintahan sekarang ini adalah bagaimana memakmurkan rakyat Indonesia. Mengenai pencalonan Megawati Soekarnoputri (lahir 23 Januari 1947) oleh PDIP sebagai capres di Pilpres 2009, Tifatul mengatakan bahwa secara pribadi dirinya melihat pemilu 2009 masih jauh sementara presiden yang terpilih di 2004 juga belum tuntas melaksanakan janji-janji kampanyenya. Namun demikian dia berharap agar Megawati bisa menjabarkan visinya yang lebih jelas lagi dan secara gamblang mampu menggambarkan kemana dia ingin memformat Indonesia masa depan karena bangsa ini harus bersaing dengan negara-negara tetangga yang lebih maju.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007