Bengkulu (ANTARA News) - Seluruh warga Kabupaten Muko Muko hingga Sabtu malam masih tidur di tenda-tenda, baik yang didirikan di depan rumah maupun tempat pengungsian, karena mereka masih khawatir terjadi gempa susulan dan tsunami pasca gempa 7,9 SR yang terjadi di Bengkulu Rabu (12/9) pukul 18:10 WIB. Ketika dihubungi ANTARA News, Sabtu malam, Bupati Muko Muko Ichwan Yunus mengatakan penduduk daerah itu berjumlah 33 ribu kepala keluarga (KK) dan seluruhnya masih memilih tidur di tenda. "Seluruhnya masih tidur di tenda, dan 8.000 jiwa lainnya tidur di tenda-tenda di pengungsian," katanya. Menurut dia, ada beberapa tempat tinggi yang menjadi lokasi pengungsian di antaranya Kecamatan Lubuk Pinang, SP3, SP6 dan Teras Terunjam. Kebutuhan tenda relatif tercukupi namun masih berharap adanya bantuan. Mengenai bahan makanan, menurut dia hingga kini relatif cukup. Pihaknya terus mengirim bantuan permakanan bagi masyarakat, baik beras, mie instan maupuan makan tambahan. Yang kini sangat dibutuhkan bantuan tenaga medis dan obat-obatan. Hingga saat ini sudah ada 12 dokter dari Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia. "Kita sangat membutuhkan obat-obatan, saat ini masyarakat Muko Muko terutama yang berada di pengungsian mulai terjangkit penyakit seperti demam dan panas," katanya. Ia juga menjelaskan, hingga saat ini masyarakat Muko Muko masih dihinggapi rasa cemas akan adanya gempa susulan yang lebih besar dan bahaya tsunami seperti yang diberikan beberapa media massa. "Informasinya, kemungkinan akan terjadi gempa susulan yang besarnya mencapai 9,0 SR, ini membuat warga kita ketakutan," katanya. Ichwan mengaku belum berani memerintahkan masyarakat untuk kembali ke rumah, karena pihaknya tidak bisa memberi jaminan keamanan dan tak ada gempa susulan ataupun tsunami. "Untuk sementara, kita biarkan saja warga di pengungsian minimal dalam lima hari ke depan," katanya. Mengenai kerusakan, menurut dia hingga saat ini sekitar 60 persen dari sekitar 33 ribu rumah di daerah itu mengalami kerusakan, baik rusak total, rusak berat maupun ringan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007