Siberut Selatan (ANTARA News) - Sedikitnya 1.000 kepala keluarga (KK) pada dua desa di Kecamatan Siberut Selatan, Kab Mentawai, Sumbar, hingga hari ke sembilan pasca bencana gempa beruntut pekan lalu belum tersentuh bantuan, dan kini masih bertahan dipengungsian. Koordinator penanggulangan bencana alam Kecamatan Siberut Selatan, Eri Jhon di Siberut Selatan, kemarin, mengatakan, belum ada satu pun bantuan yang disalurkan ke Desa Sagulubek (400 KK) dan Matotonan (600 KK), berpenduduk sekitar 7.000-an jiwa itu, karena pertimbangan jarak cukup jauh dan geografi wilayah rawan ombak besar. Kini sejumlah bantuan berupa beras, tenda dan sembako dari Pemda dan berbagai pihak khusus untuk dua desa itu, masih ditumpuk pada posko Muara Siberut dan masih diupayakan penyalurannya. Ke dua desa itu, kini masih terisolasi dan berada pada bagian selatan ibu kota kecamatan Siberut Selatan. Diperlukan waktu lima jam menempuh jalur laut ke dua pemukiman penduduk itu. Siberut Selatan memiliki 10 desa yang dua di antaranya adalah Sagulubek dan Matotonan. Siberut Selatan satu dari empat kecamatan di Kepulauan Mentawai berjarak sekitar 150 mil dari Pantai Padang. Eri mengatakan, kendala lain, bagi tim bencana Siberut Selatan, adalah biaya transportasi kapal pengangkut bantuan mencapai Rp2 juta satu kali pendistribusian. Justru itu, tim hingga Jumat (21/9) belum ada yang pergi ke dua desa itu. Informasi melalui nelayan ke posko bencana menyebutkan warga dalam jumlah besar masih mengungsi. Sebab, saat gempa beruntun berkekuatan 7,9 dan 7,7 Skala Richter pekan lalu itu, air laut naik mencapai dua meter ke daratan , namun tidak ada korban jiwa. Kerusakan rumah penduduk sekitar 20-an unit dan puluhan rusak ringan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007