Teheran (ANTARA News) - Iran hari Sabtu memamerkan rudal jarak jauh baru bernama "Ghadr" yang memiliki daya jangkau 1.800 kilometer, dalam sebuah parade militer tahunan yang menandai perang delapan tahun dengan Irak. Rudal "Ghadr" yang berarti kekuatan itu tampaknya merupakan versi peningkatan dari rudal jarak jauh Iran Shahab-3, yang menurut para pejabat Iran memiliki daya jangkau 1.300 kilometer. Iran menghadapi tekanan internasional yang meningkat berkaitan dengan program nuklirnya yang kontroversial, yang dikhawatirkan Barat sebagai selubung untuk membuat senjata atom. AS dan sekutunya, Israel, tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan militer untuk menghukum Iran karena pembangkangannya dalam masalah nuklir itu. Teheran telah menekankan bahwa mereka tidak akan pernah melancarkan serangan terhadap sebuah negara asing, namun juga memperingatkan mengenai tanggapan yang menghancurkan atas setiap agresi. "Iran adalah sebuah kekuataan berpengaruh di kawasan ini dan dunia seharusnya tahu bahwa kekuatan ini selalu menjaga perdamaian, stabilitas, persaudaraan dan keadilan," kata Presiden Mahmoud Ahmadinejad dalam pidato pada peringatan tersebut yang dikutip AFP. Turk-truk militer dalam parade itu, yang diadakan di kawasan masjid pemimpin revolusi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini, membawa slogan-slogan yang menentang Amerika dan Israel, termasuk seruan-seruan bagi pelenyapan negara Yahudi tersebut. "Israel perlu dilenyapkan dan Iran tidak mengakui Israel" dan "Israel harus dilenyapkan dari peta", kata tulisan-tulisan yang mengutip pernyataan alamarhum Khomeini. Israel, yang dianggap sebagai satu-satunya negara nuklir Timur Tengah yang tidak pernah dideklarasikan, menganggap Iran sebagai musuhnya nomer satu setelah seruan Ahmadinejad yang berulang kali bagi penghancuran negara Yahudi itu. Sebelumnya, panglima angkatan udara Iran menyatakan, militer telah menyusun sebuah rencana dimana jet-jet tempurnya bisa membom Israel jika negara Yahudi itu melanacrkan serangan militer terhadap Republik Islam Iran karena masalah program nuklirnya. Pernyataannya itu disampaikan setelah Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner memperingatkan bahwa dunia perlu bersiap-siap menghadapi perang dengan Iran jika negara itu terus membangkang Dewan Keamanan PBB dan melanjutkan program nuklirnya yang sensitif. Iran terlibat perang dengan Irak pada 1980-1988 namun kini memiliki hubungan baik dengan pemerintah Irak yang didominasi orang Syiah setelah penggulingan pemerintah Saddam Hussein oleh pasukan invasi pimpinan AS pada 2003.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007