Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan sore ini menguat sebesar 180 poin ke posisi Rp14.090 dibandingkan sebelumnya Rp14.270 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Senin mengatakan pergerakan pasar keuangan pada awal pekan ini dipengaruhi oleh harapan positif mengenai perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat dengan China.

"Harapan kedua negara itu mencapai kesepakatan mengenai perdagangan memicu minat terhadap aset mata uang berisiko, dan berdampak pada apresiasi rupiah," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, apresiasi rupiah juga terbantu oleh pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell bakal fleksibel pada kenaikan suku bunga sekaligus mengindikasikan sikap "dovish".

"Pandangan the Fed itu menjadi faktor bullish untuk aset mata uang berisiko," katanya.

Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong menambahkan penutupan pemerintah Amerika Serikat juga masih menjadi salah satu faktor yang membebani dolar AS di pasar global.

"Pasar menilai, penutupan pemerintah AS akan memperlambat ekonominya," ujarnya.

Dari dalam negeri, menurut dia, sentimennya relatif kondusif sehingga menambah dorongan bagi rupiah terapresiasi lebih tinggi.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (7/1), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.105 dibanding sebelumnya (4/1) di posisi Rp14.350 per dolar AS.


Baca juga: Rupiah lanjutkan penguatan setelah AS-Eropa kondusif
Baca juga: Rupiah Jumat lanjutkan penguatan setelah Bank Indonesia intervensi

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019