Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Anton Apriyantono akhir pekan ini akan menuju London, Inggris, untuk bertemu dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat maupun negara Eropa lainnya, terkait kampanye negatif yang mereka lancarkan terhadap perkebunan sawit Indonesia. Sejak beberapa waktu lalu, kata Mentan di Jakarta, Kamis malam, beberapa LSM Eropa Barat, khususnya Inggris, menuduh industri perkelapasawitan Indonesia merusak lingkungan, menyebabkan deforestrasi, berkurangnya satwa langka dan penyumbang terbesar kepada pemanasan global. "Pekan depan saya akan bertemu media Inggris maupun internasional untuk menyampaikan beberapa pandangan mengenai industri perkelapasawitan nasional sekaligus memaparkan berbagai fakta untuk menghindari kesalahpahaman," katanya dalam kegiatan yang juga dihadiri Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI). Selain bertemu dengan media massa, tambahnya, pihaknya beserta pemangku kepentingan industri perkelapasawitan nasional akan bertemu beberapa menteri di Inggris yang menangani pertanian dan kerjasama internasional. Apa yang dituduhkan kalangan LSM Eropa bahwa pengembangan kelapa sawit di Indonesia menyebabkan kerusakan lingkungan dan kematian satwa langka merupakan kesalahpahaman, katanya. Dia mengakui adanya kasus penyimpangan dalam pembukaan kebun kelapa sawit, namun hal itu bukan berarti kebijakan pengembangan industri kelapa sawit di tanah air salah semuanya. Pemerintah, tambahnya, telah mengeluarkan kebijakan untuk mengembangkan industri perkelapasawitan yang berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat dan tanpa merusak lingkungan. Pemerintah, katanya, berkomitmen pengembangan industri yang berkelanjutan melalui program seperti Rountable Sustainable Palm Oil (RSPO), menurunkan kadar emisi gas CO2 dan mengimplementasikan "good agriculture practice" serta menjaga hutan hujan tropis dan satwa langka. "Dasar kita untuk menjawab tuduhan dunia khususnya masyarakat Eropa terhadap pengembangan sawit di Indonesia yakni `corporate sosial responsibility dan pemberdayaan usaha kecil dan mikro di lingkungan perkebunan kelapa sawit," katanya. Menurut dia, kampanye promosi "Sustainamble Palm Oil" tersebut direncanakan untuk jangka panjang dan akan dilakukan bekerjasama dengan Malaysia yang juga menjadi penghasil minyak sawit dunia utama bersama Indonesia. Untuk melakukan kampanye tersebut pemerintah mengeluarkan dana sekitar 500 ribu euro per tahun. Pada kesempatan itu Anton juga mengatakan, Indonesia telah memprakarsai forum bagi negara-negara yang memiliki hutan besar seperti Brazil, Kamerun, Kosta Rica, Gabon, Malaysia, Papua Nugini, dan Kongo serta Indonesia. Prakarsa delapan negara punggawa hutan dunia tersebut akan mencari solusi menyelamatkan paru-paru dunia yang akan disampaikan pada pertemuan atau KTT Iklim pada Desember 2007 di Bali. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007