Lembang (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum DPP Golkar Agung Laksono menyatakan tidak perlu khawatir terhadap usul Golkar mengenai Pancasila sebagai azas tunggal partai politik, walaupun bagi Golkar penetapan Pancasila sebagai azas tunggal sudah menjadi prinsip yang tak bisa diubah. "Nggak usah khawatir dengan usul azas tunggal. Tapi ini sudah prinsip Golkar. Parpol lain terserah mau ikut Golkar atau tidak," katanya di sela-sela Safari Ramadan di Lembang Jawa Barat, Sabtu. Agung menegaskan azas tunggal Pancasila merupakan harga mati bagi Golkar. "Kita tegas usulkan Pancasila sebagai azas partai. Tapi kita tidak katakan kita harus kembali ke azas tunggal, tetapi kalau semua mau ikut Golkar ya.. Alhamdulillah," katanya. Golkar mengusulkan azas tunggal Pancasila bagi partai untuk menjamin keutuhan negara dan bangsa dalam bingkai NKRI. "Ada sebagian pihak mulai enggan menyebut Pancasila, tetapi bagi Golkar ini sebuah prinsip," katanya. Agung menyatakan kalau Parpol lain ingin mengggunakan azas lain silakan saja. Tetapi diingatkan bahwa prinsip seperti ini bukan sikap Golkar saja. Beberapa Parpol lain juga menyatakan dukungan terhadap sikap Golkar. Sementara itu, terkait Pilkada gubernur, bupati dan walikota, Agung Laksono menjelaskan, penentuan calon dari Golkar harus melalui beberapa tahapan yang harus dilalui. Golkar melakukaan uji publik melalui survei terlebih dahulu terhadap nama-nama yang akan ditetapkan sebagai calon. "Survei telah mendongkrak keberhasilan Golkar dalam Pilkada. Bila sebelum menerapkan survei, keberhasilan yang diraih Golkar baru 15 persen, dengan survei tingkat keberhasilan Golkar mencapai 43 persen," kata Agung. Agung yang didampingi staf khususnya Leo Nababan dan Ristanto menambahkan survei dilakukan tak hanya satu kali, tetapi secara periodik. Golkar harus mencari sosok yang tidak hanya jago kandang tetapi juga didukung masyarakat. Agung mengemukakan, survei bukan hanya untuk menentukan calon kepala daerah, tapi juga untuk calon presiden. Dalam kaitan ini ketua umum Golkar tak secara otomatis dicalonkan atau menjadi calon presiden, karena Ketua Umum Golkar bisa mau, bisa juga menolak. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007