Jakarta (ANTARA News) - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkritik penerapan cuti bersama pada masa lebaran karena merupakan salah satu bentuk intervensi pemerintah terhadap cuti yang seharusnya ditentukan sendiri oleh pegawai. "YLKI mengkritik cuti bersama karena cuti adalah hak individu karyawan dan tidak perlu adanya intervensi dari pemerintah," kata anggota Pengurus Harian YLKI Sudaryatmo kepada wartawan di Jakarta, Jumat. Menurut dia, cuti seharusnya merupakan suatu bentuk pilihan yang ditawarkan kepada seseorang karyawan atau pegawai dalam menentukan waktunya. Namun, Sudaryatmo juga mengakui bahwa cuti bersama juga memiliki berbagai sisi positif seperti terjadinya peningkatan jumlah pengunjung daerah wisata di berbagai tempat tujuan mudik. "Sayangnya, lonjakan tersebut tidak diimbangi pemerintah dengan membenahi pengelolaan obyek wisata khususnya dari aspek keselamatan publik," katanya. Sudaryatmo memaparkan, hal tersebut dapat dilihat indikasinya dari berbagai musibah yang memakan korban jiwa selama musim liburan lebaran antara lain peristiwa tenggelamnya perahu wisata di danau Singkarak, Sumatera Barat (2005), dan tragedi putusnya jembatan gantung di Baturaden, Purwokerto, Jawa Tengah (2006). Untuk itu, ujar dia, pemerintah perlu melakukan audit keselamatan di berbagai obyek wisata yang selama leburan lebaran menjadi tempat konsentrasi massa. "Untuk memproteksi berbagai risiko selama berada di obyek wisata, perlu juga melibatkan lembaga asuransi sehingga ketika terjadi musibah ada proteksi terhadap kerugian yang diderita pengunjung obyek wisata," kata Sudaryatmo. Sebelumnya, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie pada Selasa (2/10) mengatakan, diperpanjangnya cuti bersama akan semakin menggerakkan lebih banyak lagi roda perekonomian terutama di daerah-daerah tempat tujuan mudik. Menko Kesra juga mengatakan, hal tersebut juga dapat membuat tidak ada anggota masyarakat yang mengajukan keluhan berkaitan dengan keputusan cuti bersama.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007