Lima (ANTARA News) - Mantan presiden Alberto Fujimori akan menghadapi empat pengadilan di Peru menyusul ekstradisinya dari Chile dengan dakwaan korupsi dan pelanggaran hak aZasi manusia, demikian pengumuman seorang hakim, di Lima, ibu kota Peru, Jumat. Keputusan itu, yang diumumkan oleh suatu dewan hakim khusus, merupakan penyelarasan rencana sebelumnya untuk mengajukan Fujimori, yang memerintah Peru dengan tangan besi dari 1990 hingga 2000, ke enam proses hukum. Panel itu, yang diketuai oleh Hakim Cesar San Martin, mengkategorikan dakwaan tersebut dan memutuskan Fujimori akan dihadirkan dalam tiga pengadilan luar biasa dan satu pengadilan biasa, yang hasilnya bisa mengirim dia hingga 35 tahun ke penjara. Proses tersebut akan dimulai pada 12 Oktober, ketika mantan presiden itu akan tampil di hadapan Hakim Pedro Urbina, yang telah mempelajari dakwaan mengenai penyelewengan kekuasaan. Pengadilan biasa itu, kata beberapa pejabat, telah berlangsung, dan pengadilan tersebut hanya perlu mendengar pembelaan Fujimori. Pengadilan luar biasa pertama akan dimulai pada 26 November dan akan dipusatkan pada dakwaan bahwa mantan presiden tersebut memiliki peran dalam kematian 25 orang serta penculikan pengusaha Samuel Dayer dan wartawan Gustavo Gorriti. Pengadilan luar biasa kedua akan dipusatkan pada kondisi seputar dugaan penyerahan 15 juta dolar AS kepada penasehat mantan presiden itu Vladimiro Montesinos sebagai pembayaran atas jasa-jasanya. Pengadilan luar biasa ketiga akan memeriksa dakwaan korupsi lain dan penggelapan. "Itu akan menjadi pekerjaan intensif," kata Hakim San Martin, yang menyatakan bahwa proses itu akan terbuka. "Kami akan bekerja tak terburu-buru dan tanpa gangguan. Politik takkan mempengaruhi hukuman," kata Hakim Martin seperti dikutip AFP. Pengacara Fujimori, Cesar Nakazaki, menyampaikan rasa puas dengan keputusan untuk mempersingkat proses tersebut. "Konsolidasi tampaknya telah benar," katanya kepada wartawan. "Itu akan memudahkan upaya pembelaan." Fujimori diekstradisi bulan lalu dari Chile, tempat ia ditahan pada 2005 --sewaktu ia berusaha kembali ke Peru dengan harapan dapat tampil kembali di kancah politik. Kepulangannya terjadi setelah Mahkamah Agung Chile mengubah keputusan sebelumnya oleh satu pengadilan rendah yang telah memutuskan sehingga menguntungkan Fujimori. Pengadilan Chile tersebut menyetujui ekstradisi dengan dasar tujuh dari 13 dakwaan yang mulanya disusun oleh pemerintah Peru. Fujimori mengundurkan diri dari jabatan presiden melalui faksimile dari satu hotel Tokyo pada 2000, setelah 10 tahun menjadi presiden --masa jabatan yang berakhir dengan skandal korupsi. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007